Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Kejamnya Teroris ISIS Saat Membunuh Kaum Homoseksual...

Kompas.com - 15/06/2016, 14:08 WIB

KOMPAS.com - Kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dengan cepat mengaku bahwa pelaku penembakan brutal di Orlando, Amerika Serikat, Omar Mateen, adalah salah satu prajurit kekhalifahan ISIS di AS.

Seperti yang telah diberitakan, Mateen melakukan penembakan secara membabi-buta di kelab malam Pulse, Minggu dinihari.

Baca: Obama: Tak Ada Bukti Penembakan Orlando Dikendalikan ISIS

Akibatnya, 49 orang tewas, dan 53 lainnya terluka. Kelab malam itu dikenal sebagai tempat berkumpulnya kaum gay di Orlando.

Ayah Mateen yang dimintai keterangannya tentang perbuataan anaknya itu hanya menyebut, bahwa Mateen pernah sangat marah saat melihat sepasang lelaki saling mencium di areal publik di depan anak dan istrinya di Miami.

Baca: Sepasang Lelaki Itu Saling Berciuman dan Omar Mateen Marah Besar

Terkait dengan ISIS, Mateen diketahui sempat menelepon ke saluran darurat 911 sebelum melakukan penembakan. Dalam percakapan di telepon itulah dia mengaku sebagai anggota ISIS.

Baca: Penembak Klub Bukan Anggota ISIS

Presiden Barack Obama buru-buru membantah klaim itu. Obama menyebut, sejauh ini tidak diperoleh bukti bahwa penembakan itu dikendalikan dari luar negeri atau bagian dari rencana yang lebih besar.

Namun demikian, ISIS tampaknya tak mau kehilangan kesempatan untuk melakukan propagandanya dalam serangan "solo" dengan korban terbesar dalam sejarah AS tersebut.

Selain buru-buru mengeklaim Mateen sebagai anggota ISIS, mereka pun lalu melakukan propaganda serupa di saluran radio mereka.

Musuh kaum gay
Benarkah ISIS di balik serangan itu? Terlepas dari pertanyaan itu, satu hal yang pasti, telah lama kelompok-kelompok macam ISIS di wilayah Arab, yang menempatkan kaum lesbian, gay, biseksual dan transjender (LGBT) sebagai musuh mereka.

Mereka meyakini menjadi kaum LGBT merupakan perbuatan berdosa. Sejarah mencatat, di sejumlah wilayah di Arab, kaum homoseksual ditangkapi dan dijatuhi hukuman penjara dengan dakwaan "penyelewengan".

Di Iran dan Arab Saudi, keberadaan kaum ini pun dikecam dengan sangat keras.

ISIS juga memiliki metode sendiri dalam menjatuhkan hukuman bagi kaum gay. Metode ini terbilang sebagai yang paling mengerikan. Orang yang dituduh gay dibawa ke atas bangunan tinggi, lalu dilemparkan ke bawah.

Kantor Berita Associated Press pernah mengangkat sebuah liputan mendapat tentang bagaimana hidup di dalam kekhalifahan ISIS, terkait dengan homoseksualitas.

Palymira
Kekacauan  terjadi di sebuah jalan di Kota Palymira, Suriah, ketika wilayah itu masih dikuasai ISIS beberapa waktu silam.

Saat itu, sekelompok prajurit ISIS dengan menggunakan penutup muka, menghakimi dua orang lelaki yang dituduh sebagai homoseks.

Mereka menghukum kedua lelaki itu dengan melemparkan mereka dari atap Hotel Wael yang ada di sekitar jalan itu.

Sebelum melakukan eksekusi, salah satu dari mereka bertanya kepada salah satu lelaki yang akan dihukum apakah dia puas dengan vonis yang dijatuhkan?

Hakim menjatuhkan hukuman mati sebagai hukuman yang setimpal untuk menghapus dosa-dosanya itu.

"Saya lebih memilih ditembak di kepala," ungkap lelaki berusia 32 tahun, Hawas Mallah dengan suara tanpa daya.

Sementara, pemuda kedua, berusia 21 tahun, Mohammed Salameh, memohon kesempatan kedua untuk bertobat. Dia pun berjanji tak akan melakukan hubungan seks dengan sesama lelaki lagi.

"Bawa mereka dan lemparkan mereka dari atas," seru hakim tanpa mempedulikan permohonan kedua orang itu.

Percakapan ini diungkapkan seorang saksi dengan panggilan Omar, yang menyaksikan persidangan terbuka di suatu hari di bulan Juli tahun lalu. Saksi menolak identitasnya dipublikasikan karena takut akan ada pembalasan terhadap dia.

Selanjutnya, kata Omar, seorang yang mengenakan tutup wajah kemudian mengikat tangan para pelaku dan menutup mata mereka. Keduanya lalu digiring ke atap lantai IV hotel tersebut.

Cara eksekusi ini dinilai sebagai yang paling brutal yang dilakukan ISIS terhadap kaum homoseksual. 

Sejumlah rekaman video yang kemudian dilansir menunjukkan para teroris ini menggantung orang dengan kepala di bawah sebelum menerjunkannya dari gedung bertingkat.

Setidaknya, ada 36 lelaki di Suriah dan Irak yang menjalani eksekusi macam itu dengan tuduhan sodomi. Data ini dilansir lembaga OutRight Action International (OAI) yang berkedudukan di New York.

Menurut Koordinator OAI untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara Hossein Alizadeh, tidak mungkin mendapatkan konfirmasi pasti atas jumlah pasti eksekusi terhadap pelaku penyimpangan orientasi seksual.

Tak hanya mengeksekusi dari gedung bertingkat, ISIS pun kerap menyiksa para pelaku homoseksual untuk berbicara siapa lagi kawan mereka yang berperilaku sama.

Atau, para teroris ini memeriksa telepon genggam dan laptop para tersangka untuk mendapatkan pelaku yang lebih banyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com