Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah RI Tekan Australia untuk Hapus Mural Bendera OPM di Darwin?

Kompas.com - 06/06/2016, 11:43 WIB

DARWIN, KOMPAS.com - Seniman yang membuat lukisan bergambar bendera gerakan Papua Merdeka “Bintang Kejora” di sebuah dinding di Kota Darwin, Australia, diminta oleh pemilik bangunan untuk menghapus gambar itu. Hal itu menyusul munculnya "tekanan pihak luar".

Pihak Randazzo Properties (RP), selaku pemilik bangunan, mengatakan, perwakilan dari kelompok seniman yang memiliki dinding menghendaki lukisan mural itu dihapus pekan ini.

Dalam pernyataan tertulis itu disebutkan pula, -seperti dikutip dari laman AustraliaPlus, Senin (6/6/2016), RP telah menghubungi pemilik bangunan di sekitarnya untuk memberikan akses.

"Mengingat tekanan dari pihak luar, saya telah diminta agar lukisan mural itu dihapus dalam waktu sesegera mungkin dan mulai menempatkan sesuatu di dinding tersebut,” kata pegawai Randazzo Properties di dalam surat elektronik. 

Pegiat Australia untuk Pembebasan Papua Barat mengaku telah diberitahukan tentang hal yang sama oleh RP. 

Menurut mereka,  ‘tekanan pihak luar’ yang dimaksudkan adalah Konsulat Indonesia di Darwin.

Menanggapi hal ini, Konsulat Indonesia di Darwin, Andre Siregar, mengaku tidak pernah berhubungan dengan pemilik dinding yang dilukisi bendera OPM tersebut.

Namun, Andre mengaku pernah menulis surat kepada Pemerintah Northern Territory pada Agustus 2015. Surat itu berisi pernyataan keberatan atas gambar bendera OPM di dalam mural tersebut.

Andre yang mengaku menghormati kebebasan berekspresi di Australia, menilai mural tersebut memiliki kedekatan fisik dengan Kantor Konsulat Indonesia dan Gedung Parlemen.

Kondisi itu, menimbulkan pertanyaan dari pejabat Indonesia yang berkunjung terkait tingkat dukungan Australia bagi OPM.

Dia mengaku yakin, ada “dua orang’ di Darwin yang mendukung OPM. Salah satu seniman mural tersebut.

Seniman itu bernama Juni Mills. Mills mengatakan, dinding tersebut telah digunakan oleh para seniman yang berbeda selama bertahun-tahun dengan menampilkan berbagai pesan.

Mills mengatakan, mural itu dirancang untuk menunjukkan solidaritas antara rakyat Papua Barat dan orang-orang Aborigin.

"Mural ini telah menggambarkan rasa hormat dan cinta serta solidaritas pada rakyat Papua Barat," kilah Mills.

"Orang-orang tidak bisa menaikkan bendera Papua Barat di Papua Barat -mereka dibunuh atau jika tidak dibunuh, dipenjara, atau dihukum berat," ungkap dia.

“Jadi kami melukis bendera itu di sini, sebagai bentuk solidaritas dengan bendera Aborigin - Kami mengakui perjuangan mereka," kata Mills.

Menurut Mill, masalah yang sesungguhnya adalah Pemerintah Indonesia tidak ingin pesan tentang perjuangan OPM keluar. "Mereka menekan informasi tentang apa yang terjadi di Papua Barat," kata Mills.

Mills mengaku mural tersebut pertama kali dilukis pada bulan Juni 2015.

Dia pun percaya perintah penghapusan mural itu dengan segera, terkait konferensi yang akan diselenggarakan oleh Universitas Charles Darwin.

Konferensi Indonesia ini akan mengundang akademisi, peneliti, dosen dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu untuk membahas informasi terbaru tentang pembangunan terkini di Indonesia.

Terkait polemik ini, pihak RP belum memberikan keterangan secara langsung. Pada Sabtu sore lalu, sekelompok aktivis berkumpul di sekitar mural tersebut untuk memprotes perintah penghapusan mural itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com