Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Kematian dari Puncak Everest...

Kompas.com - 24/05/2016, 09:53 WIB

KOMPAS.com - Bahaya sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari pendakian di puncak tertinggi dunia, Gunung Everest.

Sejarah mencatat, longsoran di lokasi itu telah menewaskan 35 pendaki dalam dua tahun terakhir. Angka itu termasuk 16 kematian dalam satu hari yang terjadi di tahun 2014.

Selanjutnya, sejak tahun 1900, seridaknya ada satu pendaki yang tewas setiap tahunnya.

Dan sekarang, di tahun 2016, Everest telah menelan korban pertamanya.

Sejak Kamis lalu, ada empat orang yang tewas di puncak dengan ketinggian 8.848 meter itu, termasuk seorang sherpa.

Sherpa adalah sebutan untuk pekerjaan warga kaki pegunungan himalaya, Nepal. Tugas mereka adalah sebagai pengangkat beban bagi para pendaki.

Saat ini, tim penyelamat masih mengupayakan penyelamatan terhadap dua pendaki yang dilaporkan hilang.

"Gunung Everest adalah lokasi yang ekstrem," kata Jon Kedrowski.

Jon Kedrowsk adalah ahli geografi yang juga pendaki. Dia telah mencapai puncak Everest pada tahun 2012, ketika ada 10 orang yang tewas.

"Dalam ketinggian, tubuh pendaki dapat memburuk di tingkat tertentu," kata dia.

Kematian terakhir datang begitu cepat, seolah menular dari satu pendaki kepada pendaki lainnya.

Musim pendakian
Bulan April dan Mei adalah waktu di mana paling banyak pendaki yang mencoba mencapai puncak Everest. Di bulan-bulan itu, diketahui minim angin.

Namun demikian, kondisi cuaca bisa berubah menjadi brutal seketika. Suhu udara pun berada di level ekstrim dari -35 hingga -20 derajat celcius.

Lebih dari 200 pendaki tewas di tempat itu, setelah Tenzing Norgay dan Edmund Hillary membuat pendakian pertama mereka di tahun 1953.

Saat ini tercatat, lebih dari 400 orang melakukan percobaan untuk mencapai puncak Everest, termasuk 288 warga asingdan dan lebih dari 100 sherpa dan pemandu. 

Hal itu diungkapkan Sudarshan Dhakal, Direktur Departemen Pariwisata Nepal.

"Jumlah itu lebih dari jumlah rata-sata musim sebelumnya," kata Dhakal.

Catatan kematian
Dalam sepekan ini ada empat korban tewas di Everest, mereka adalah:

1. Phurba Sherpa
Anggota tim pendaki yang tewas pada hari Kamis lalu. 

Pemuda berusia 25 tahun ini sedang bekerja untuk memperbaiki jalur sekitar 150 meter dekat puncak Everest, ketika dia terjatuh.

Informasi itu berdasarkan keterangan Mingma Sherpa, dari kepala tim penyelamat Nepal yang berada di base camp Everest.

Sherpa sesunguhnya adalah kelompok suku di Nepal yang hidup di ketinggian Himalaya secara turun temurun.

Sejak lama mereka melayani para pendaki untuk memberikan jasa angkut atau pun panduan bagi mereka yang mencoba mendaki Everest. 

2. Eric Arnold
Pemuda 36 tahun asal Belanda ini tewas Jumat lalu.  Dia tewas malam hari ketika mencoba turun setelah sukses menapaki puncak Everest.

Keterangan ini disampaikan Tashi Lakpa Sherpa, pemilik Seven Summit Treks. "Di duga dia mengalami serangan jantung," kata Tashi.

Baca: Alami Altitude Sickness Usai Tapaki Puncak Everest, Dua Pendaki Tewas

3. Maria Strydom
Hanya berselang sehari, pada Sabtu, rekan pendakian Arnold, Maria Strydom, mengalami altitude sickness.

Saat itu, dia sudah mencapai kamp V, satu kamp terakhir sebelum puncak Everest. 

"Wanita berusia 34 tahun itu tak bisa mendaki lebih tinggi dan diselamatkan oleh tim," kata Tashi Sherpa.

Profesor bidang Finansial di Sekolah Bisnis Universitas Monash, Australia ini tewas dalam perjalanan kembali ke kamp III.

Dia bukan pendaki pemula. Maria diketahui telah menaklukkan puncak Denali di Alaska, Aconcagua di Argentina, Gunung Ararat di timur Turki, dan Kilimanjaro di Afrika.

4. Subash Paul
Pada hari minggu, lelaki 44 tahun ini, tewas di base camp II juga karena altitude sickness.

Informasi ini disampaikan Wangchu Sherpa, Managing Director dari Trekking Camp Nepal.

Paul tercatat sebagai salah satu anggota tim pendaki yang terdiri dari empat pendaki India dan empat Sherpa.

Selain itu, ada dua anggota tim itu, Paresh Chandra Nath dan Goutam Ghosh, yang dinyatakan hilang sejak Sabtu malam.

"Ini belum jelas apa yang terjadi. Kami rasa cuaca berubah menjadi buruk dengan sangat cepat. Saat itulah anggota tim kehilangan arah," kata Wangchu.

Gyanendra Shrestha dari Departemen Pariwisata Nepal menyebutkan, sebuah helikopter telah diterjunkan karena tak mungkin kedu apendaki mencapai titik yang lebih tinggi.

Korban lain
Selain keempat korban tewas dalam empat hari berturut-turut, saat ini seorang pendaki bernama Sunita Hazra, sedang menjalani perawatan di base camp.

Juga ada, wanita asal India Seema Goswami, yang mengalami frostbite di dekat kamp IV setelah mendaki Everest dari sisi Nepal.

Seema Goswami kini dirawat di RS setelah sebelumnya diangkut menggunakan helikopter dairi wilayah Everest. Hal ini dikatakan Pemba Sherpa, Manajer the Seven Summit Treks.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com