Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Internasional Khawatir atas Krisis di Venezuela

Kompas.com - 23/05/2016, 15:44 WIB

CARACAS, KOMPAS.com — Masyarakat internasional mengkhawatirkan kian buruknya krisis politik dan ekonomi di Venezuela. Kekhawatiran telah meningkat sejak akhir pekan lalu.

Hal itu terutama sejak militer diberi peran sangat menonjol untuk menghadapi aksi unjuk atas perintah Presiden Nicolas Maduro, yang tengah menjadi sasaran unjuk rasa, Sabtu (21/5/2016).

Massa warga belakangan ini sering menggelar unjuk rasa di Caracas, ibu kota Venezuela, dan beberapa kota lain di sekitarnya akibat krisis ekonomi.

Perekonomian negara yang tergantung pada minyak telah terpukul resesi berat dan hiperinflasi, yang berbuntut pada meledaknya sentimen publik untuk mendukung penyingkiran Maduro.

Namun, presiden sosialis itu terus mempertahankan dirinya dengan memberi ruang kepada militer untuk menghadang para demonstran.

Dua hari terakhir, militer terus menggelar latihan untuk menghadapi demonstrasi massa.

Pekan lalu, Maduro telah menetapkan negara dalam keadaan darurat tinggi. Ia memerintahkan militer untuk dapat mengatasi ancaman dari dalam dan luar negeri.

Bahkan Maduro menuding Amerika Serikat sebagai dalang aksi kelompok massa yang terjepit oleh krisis barang kebutuhan sehari-hari.

Maduro mengucapkan selamat kepada angkatan bersenjata karena "sukses besar" dalam latihan perang mereka yang mengerahkan jet tempur dan peluncur roket buatan Rusia.

Oposisi, yang memiliki mayoritas di Majelis Nasional, pekan ini menolak status pemberlakuan "negara dalam keadaan darurat" oleh Maduro.

Hasil jajak pendapat terbaru di Venezuela menunjukkan, 70 persen rakyat menginginkan perubahan pemerintahan dan pemecatan Maduro.

Mahkamah Agung, yang dipenuhi hakim loyalis Maduro, menolak tuntutan legislatif dan mengatakan bahwa keputusan darurat adalah hal "konstitusional".

Gejolak sosial di Venezuela meningkat akibat devaluasi berat, yang menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi.

Satu hamburger saja dijual dengan harga 1.700 bolivar atau sekitar Rp 3,35 juta dan tarif kamar hotel standar ialah 69.000 bolivar atau sekitar Rp 135,9 juta per malam.

Separuh dari warga kelas menengah telah terpuruk jatuh miskin. Mereka tidak bisa lagi membeli satu hamburger dan membayar kamar hotel untuk kelas standar.

Pemimpin oposisi, Henrique Capriles, yang kalah tipis dari Maduro pada pilpres Venezuela 2013 setelah kematian Hugo Chavez, telah memberikan peringatan mengerikan tentang frustrasi publik di negeri itu.

"Risikonya adalah bahwa sepanjang jalan ada ledakan sosial dan, seperti yang kita telah alami berulang-ulang, yakni kudeta," kata Capriles dalam wawancara dengan surat kabar Spanyol, El Pais.

"Kami tidak ingin kudeta. Solusi untuk Venezuela bukanlah pemberontakan militer. Itu akan menjadi lebih buruk dari apa yang kita miliki saat ini."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com