Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sabun Zaitun dari Aleppo untuk Pria Katolik Wali Migran Muslim di Jerman

Kompas.com - 13/05/2016, 16:52 WIB

BERLIN, KOMPAS.com – Tiga hari setelah bersua lagi dengan anak bungsunya, bapak asal Suriah utara itu menghadiahkan sejumlah hadiah bagi pria Jerman yang sebelumnya tak pernah dikenalnya.

Kado istimewa itu berupa sabun minyak zaitun, laurel, hiasan dinding, dan sekotak kue manis dengan kenari hijau, seperti dilaporkan Reuters, Jumat (13/5/2016).

Hadiah itu berasal dari Aleppo, kota di Suriah utara. Sama seperti kota-kota lainnya di Suriah, kota ini juga porak poranda akibat dihantam perang saudara yang telah berjalan lebih dari lima tahun.

Bapak berusia 71 tahun itu adalah warga Aleppo. Ia bersama putra sulungnya berhasil keluar berkat bantuan seorang warga Jerman, insinyur dan ayah empat anak, yakni Martin Figur, seorang Katolik.

Figur adalah salah seorang ‘Bapak Wali Pengungsi’, yang dipertemukan dengan keluarga dari Aleppo oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat penyokong bantuan untuk menolong warga Suriah.

Lembaga itu berada di Jerman dan berperan mendatangkan keluarga Aleppo, yang lain, ke negeri negara yang dipimpin Kanselir Angela Merkel itu.

"Selama perang, Jerman, pemerintah, dan warganya lebih menunjukkan sikap sebagai sahabat bagi orang Suriah ketimbang orang Arab," kata ayah dari Suriah itu kepada Figur dalam pertemuan mereka, seperti dirilis Reuters.

Pria Suriah itu menolak memberikan namanya guna melindungi kerabatnya yang masih berada di kota yang sudah luluhlantak  oleh konflik.

Pengawasan ketat di perbatasan-perbatasan Eropa, aturan permohonan suaka yang makin keras, dan juga kesepakatan Uni Eropa dan Turki untuk mengurangi penyeberangan lewat laut ke Yunani.

Reuters/Hannibal Hanschke Migran Muslim Suriah yang dibantu oleh sebuah keluarga Katolik Jerman menempati flat baru mereka di Berlin, Jerman, 11 Mei 2016.
Hal itu juga telah membuat pengungsi Suriah di Jerman harus berjuang keras untuk menolong keluarga mereka yang masih berada di negerimya agar mereka aman.

Kedatangan sejuta migran lebih ke Jerman tahun lalu mendorong pemerintahnya memperketat aturan suaka.

Pengetatan itu termasuk larangan pertemuan kembali dengan keluarga dalam jangka waktu dua tahun bagi mereka yang mendapat status pengungsi, membuat suasana semakin memburuk.

Martin Keune, seorang pemilik lembaga periklanan, membentuk “Bapak Wali Pengungsi” tahun lalu. Ia lakukan itu  setelah dua pengungsi Suriah yang ditampungnya memohon-mohon bantuan untuk mendatangkan orangtua mereka.

Keune mendapat pencerahan dari kisah paman istrinya, seorang Yahudi, yang lolos dari maut berkat bantuan dari pasangan suami-istri Inggris yang mengangkatnya sebagai anak.

Sementara seluruh anggota keluarga paman istrinya itu dikirim ke kamp Nazi di Krakow, Polandia, tempat mereka dibunuh.

Di Bandara Schoenefeld, Berlin, Sabtu (7/5/2016),  putra bungsu pria Suriah itu, Mohannad, yang berada di Jerman sejak 2006, menahan air matanya ketika bertemu ayah dan saudara laki-lakinya.

"Kamu terlihat kelelahan tetapi sehat, dan masih bernapas, itu yang paling penting," katanya sambil menggenggam erat tangan ayahnya.

Menyedihkan

Mohannad (36) datang ke Jerman 10 tahun yang lalu mengikuti program pertukaran budaya dan sudah berulang kali berusaha untuk berkumpul kembali dengan keluarganya sejak 2012.

"Ketika saya melihat aturan-aturan mengenai reuni keluarga, saya menjadi merana," katanya.

Uang sakunya sebagai pengungsi di Berlin tidak sampai 2.160 euro atau sekitar 2.460 dollar AS.

Jumlah itu menurut pihak berwenang merupakan batas minimal bagi seorang sponsor untuk mendatangkan seorang anggota keluarga. Jumlah itu merupakan gaji rata-rata terendah di Jerman.

Sejak Maret 2015, kelompok para Bapak Wali Pengungsi telah menemukan 103 sponsor. Duapertiganya sudah berkumpul dengan keluarga mereka di Berlin, sisanya sedang menunggu untuk mendapat izin tinggal di konsulat Jerman di Lebanon dan Turki.

Asosiasi hanya dapat memberi sponsor bagi orang Suriah yang mempunyai sedikit-dikitnya seorang keluarga dekat, seperti, pasangan, anak, orang tua atau saudara yang sudah berada di Jerman sedikitnya selama setahun.

Dananya tergantung dari 2.200 sponsor yang mengumpulkan 800 euro per bulan untuk setiap orang Suriah.

Dana tersebut untuk membayar sewa tempat, asuransi dan 400 euro, setara dengan tunjuangan yang diberikan oleh pemerintah Jerman bagi pengangguran.

Para Bapak Wali Pengungsi tidak mendanai langsung pendatang Suriah, melainkan mendapat tanggungjawab hukum untuk biaya hidup mereka selama lima tahun.

Reuters/Hannibal Hanschke Imigran Suriah di Jerman, Mohannad, menyambut kedatangan ayahnya di Bandara Schoenefeld, Berlin, Jerman, 7 Mei 2016.
Meskipun bila para pencari suaka itu kelak mendapat kedudukan sebagai pengungsi secara penuh.

Figur menandatangani "deklarasi komitmen" dan bersedia menanggung ayah Mohannad, saudaranya bahkan juga ibu mereka yang masih di Aleppo.

"Saya hanya bisa mendorong orang untuk berhubungan dengan pengungsi, karena hanya dengan cara ini sikap mereka akan berubah," kata Figur.

Gencatan senjata di Aleppo, kota niaga terbesar kedua di Suriah sebelum perang, sejak pekan lalu memudahkan perjalanan ayah dan anak itu dengan jalur darat melewati Lebanon menuju Jerman selama 20 jam.

Mereka sadar, mereka sangat beruntung dan berharap agar ibu, anak perempuan dan cucu, yang masih tinggal bersama menantu laki-lakinya, akan segera dapat menyusul ke Berlin.

Bingkisan bagi Figur disebutnya sebagai tanda bersyukur atas "bantuan bagi orang asing".

"Figu menolong kami meskipun tidak kenal kami," kata saudara Mohannad, dan menunjuk bapak walinya sambil tersenyum, "Ini yang kelak ingin saya kerjakan, membantu orang lain."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com