MANILA, KOMPAS.com - Pemimpin pemberontak komunis Filipina, Jose Maria Sison, berharap terpilihnya Rodrigo Duterte sebagai presiden dapat mengakhiri masa pengasingan yang sudah berlangsung hampir tiga dekade.
Sison, yang kini berusia 77 tahun, melarikan diri ke Eropa segera setelah upaya pembicaraan damai pada tahun 1987 gagal. Sejak itu, dia tak pernah kembali ke kampung halamannya.
"Saya akan kembali ke Filipina jika Duterte memenuhi janjinya untuk mengunjungi saya," kata pendiri Partai Komunis Filipina (CPP) yang berkedudukan di Belanda itu, Rabu (11/5/2016).
Komentar itu diunggahnya di akun Facebook, seperti dikutip Kantor Berita AFP, Kamis (12/5/2016).
"Kemungkinan pembicaraan damai sepertinya cerah saat-saat ini," ungkap Sison lagi.
Presiden petahana Benigno Aquino sempat berupaya untuk membuka pembicaraan damai, setelah dia menjabat pada 2010.
Namun, upaya pada tahun 2013 kandas karena pemerintah menilai adanya ketidaktulusan dari kubu Sison untuk mencapai penyelesaian.
Kala itu, pembicaraan dengan pemerintahan Aquino buntu setelah permintaan pihak komunis untuk pembebasan rekan mereka yang dipenjara ditolak.
Sison adalah seorang profesor politik sains yang membangun CPP pada Desember 1968 dan melakukan kampanye gerilya tiga bulan kemudian.
Berdasarkan data pemerintah, pemberontakan Sison telah mengakibatkan setidaknya 30.000 warga Filipina tewas.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.