HELSINKI, KOMPAS.com - Kaum pekerja di Helsinki, Finlandia, memiliki cara berbeda dalam menyuarakan aspirasi di Hari Buruh Internasional. Alih-alih turun ke jalan dengan beragam atribut dan teriakan, mereka memilih cara yang lebih "tenang".
Di salah satu sudut lapangan terbuka Kansalaistori, Finlandia, ada panggung yang menampilkan pertunjukan musik, dan di sekeliling lapangan ada beragam tenda penjual makanan, minuman hingga buku.
Penduduk yang memenuhi lapangan pun bercakap-cakap dan menikmati hiburan musik. Namun, suara orang yang berpidato terdengar jelas, dan orang tak perlu meninggikan suara saat mengobrol.
Para pemimpin kelompok buruh dan partai politik memilih gaya pidato, bukan orasi dengan berteriak.
Dalam acara pada Minggu (02/05/2016) tersebut, warga Helsinki memenuhi alun-alun Kansalaistori, Finlandia, untuk menunjukkan solidaritas mereka dan mendengarkan pidato serta nyanyian dalam rangka perayaan Hari Buruh.
"Kami merayakan hak pekerja, hak untuk bernegosiasi dengan pekerja, hak mogok kerja. Mogok kerja adalah hak asasi manusia. Tapi di negara lain, bukan di Finlandia, bukan di Eropa, mogok kerja bisa menyebabkanmu dipenjara, bahkan dibunuh," kata Presiden Serikat Buruh Cabang Departemen Sosial dan Pelayanan Kesehatan di Helsinki, Roby Mountrakis.
Para pemimpin serikat buruh dan partai buruh berpidato mengenai hak asasi manusia, seperti hak untuk bernegosiasi demi mendapat ketentuan kerja yang lebih baik atau gaji yang lebih baik.
Ternyata, orang-orang yang berkumpul di alun-alun Kansalaistori itu adalah pembela "sayap kiri" dan mereka menunjukkan protes mereka kepada pemerintah yang pro "sayap kanan".
(Jennifer Sidharta dan Annisa Meidiana dari Universitas Multimedia Nusantara, melaporkan dari Helsinki untuk Kompas.com)