Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koran Terbesar Belanda Tampilkan Erdogan sebagai Seekor Kera

Kompas.com - 27/04/2016, 07:15 WIB

DEN HAAG, KOMPAS.com - Penahanan seorang jurnalis Belanda di Turki karena dituduh menghina Presiden Recep Tayyip Erdogan, langsung memicu reaksi di Negeri Kincir Angin.

Harian dengan oplah terbesar di Belanda, De Telegraaf, pada Senin (24/4/2016), memublikasikan sebuah kartun editorial di halaman satu.

Dalam kartun itu digambarkan Erdogan sebagai seekor kera yang sedang menghancurkan prinsip kebebasan berbicara yang selama ini dianut di Eropa.

Dalam kartun itu, seekor kera berwajah Erdogan itu diperlihatkan sedang menghangtam Ebru Umar, jurnalis perempuan Belanda berdarah Turki yang ditahan pada Minggu (24/4/2016).

Di kartun itu, Erdogan digambarkan berdiri di batu karang yang disebut "apenrots", sebuah istilah dalam bahasa Belanda untuk menggambarkan kementerian luar negeri atau sebuah tempat berkuasanya seseorang yang sangat dominan.

Ebru Umar, kolumnis harian terbitan Belanda, Metro, ditahan aparat keamanan Turki karena cuitannya lewat Twitter yang dinilai menghina Erdogan.

Ebru Umar dibebaskan setelah diperiksa namun diperintahkan untuk tidak meninggalkan Turki selama investigasi berlangsung.

Penahanan Ebru Umar ini menambah masalah baru dalam hubungan diplomatik Belanda dan Turki.

Pekan lalu, Konsulat Turki di Rotterdam dikecam karena mengirimkan surat elektronik kepada sejumlah organisasi Turki di Belanda untuk melaporkan semua jenis pelecehan terhadap Erdogan.

Kedutaan besar Turki di Belanda kemudian mengatakan, isi surat elektronik itu salah dikutip dan dipahami.

Namun, masalah ini memicu kontroversi di Belanda yang merupakan salah satu negara Eropa yang memiliki undang-undang "lese-majeste".

Undang-undang ini melarang siapapun menghina kepala-kepala negara asing yang dianggap bersahabat dengan Belanda.

Ebru Umar adalah salah satu yang  mengkritik surat elektronik konsulat Turki ini. Dalam sebuah kolom, Ebru menyebut isi surel itu sama dengan praktik yang dilakukan NSB, partai Nazi cabang Belanda di masa Perang Dunia II.

Sementara itu, Sadet Karabulut, politisi Belanda berdarah Kurdi, menggambarkan kontroversi itu sebagai "perpanjangan tangan Erdogan di Belanda".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com