Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara "Ngobrol" Pakai Bahasa Arab, Pria Ini Diturunkan dari Pesawat

Kompas.com - 18/04/2016, 17:16 WIB

LOS ANGELES, KOMPAS.com — Seorang mahasiswa Universitas Berkeley, California, yang tiba di AS dengan berstatus sebagai pengungsi memiliki pengalaman pahit di negeri itu.

Khairuldeen Makhzoomi mengaku diturunkan dari pesawat terbang di bandara internasional Los Angeles pada awal bulan ini karena terdengar berbicara dalam bahasa Arab.

Dalam pernyataan pers yang diterbitkan pada Minggu (17/4/2016), manajemen Southwest Airlines mengatakan, mahasiswa itu diturunkan dari penerbangan Los Angeles-Oakland pada 9 April lalu.

Khairuldeen Makhzoomi (26) diturunkan untuk ditanyai, dan pesawat itu langsung terbang ketika mahasiswa tersebut masih menjalani proses pemeriksaan.

Namun, manajemen maskapai tersebut mengaku tidak menerima keluhan resmi dari Khairuldeen. Mereka juga menegaskan sudah mencoba menghubungi pemuda itu, tetapi tak berhasil.

Khairuldeen yang merupakan mahasiswa senior di Berkeley mengatakan, dia tengah menelepon pamannya dan menceritakan soal Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon yang datang mendengarkan pidatonya.

"Saya sangat bangga dengan momen itu, dan saya menelepon paman untuk menceritakannya," ujar Khairuldeen kepada harian The New York Times.

Pada akhir pembicaraan itu, Khaeruldeen melanjutkan, dia mengucapkan kata "insya Allah" yang artinya "jika Allah mengizinkan". Kata-kata itulah yang mungkin dicurigai oleh penumpang lainnya.

Khaeruldeen mengingat, seorang perempuan yang duduk di depannya kemudian memandangnya dengan penuh rasa curiga.

"Waktu itu, saya berpikir, semoga perempuan itu tidak melaporkan saya," kata Khaeruldeen.

Tak berapa lama, seorang pegawai Southwest Airlines yang bisa berbahasa Arab datang, membawanya ke luar pesawat, dan menanyai mengapa pemuda itu berbicara dalam bahasa Arab.

Saat ditanyai itu, Khaeruldeen mengatakan, nasibnya diakibatkan Islamofobia yang terlalu parah di AS.

Nampaknya, pernyataan itu membuat sang petugas marah, dan dia memutuskan agar Khaeruldeen tak boleh naik ke dalam pesawat.

Manajemen Southwest mengatakan, mereka menyesalkan semua pengalaman buruk dengan penumpang. Namun, manajemen lebih mengutamakan keselamatan penerbangan.

Lebih jauh, Southwest mengatakan, perusahaan itu tidak mendukung atau menoleransi diskriminasi dalam bentuk apa pun.

Khaeruldeen mengatakan, dia kemudian bisa mendapatkan tiket untuk penerbangan berikutnya, dan tiba di Oakland delapan jam lebih lambat dari rencana awal.

"Saya dan keluarga sudah mengalami banyak hal, dan ini adalah pengalaman buruk lain yang saya alami," kata dia.

"Harga diri manusia adalah sesuatu yang paling penting di dunia, bukan uang. Jika mereka meminta maaf, maka ini akan menjadi pelajaran bagi mereka untuk memperlakukan manusia dengan setara," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Arabiya
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com