Penyiksaan, penyerangan, penculikan, dan pembunuhan etnis menjadi cerita suram dari orang-orang yang telah melarikan diri dari negara itu.
"Saya ingin melupakan segala sesuatu tentang Burundi, bahkan nama saya sekalipun," kata pemuda lain.
Pemuda yang satu ini kabur setelah membawa adik perempuannya yang berusia 16 tahun, hamil setetelah diperkosa oleh pemuda lain etnis. Mereka lari menyeberangi sungai agar bisa selamat.
Kedua bersaudara itu meninggalkan makam adiknya, yang tewas ditembak pasukan pemerintah tahun lalu. Burundi telah berubah menjadi medan kekerasan yang mematikan.
Warga yang selamat dan mengungsi memperingatkan, ketika kekerasan menyebar dan rumor tentang berkembangnya pelatihan milisi oposisi di negara-negara tetangga, pemerintah takut kehilangan kekuasaannya.
Pemerintah menyebarkan propaganda berbau etnis, yang dalam sejarah kelam masa lalu telah menjadi kenangan terburuk di negara tetangga Rwanda. Dunia tampaknya tidak menyadari.
Hanya ada sedikit kesadaran internasional tentang penghentian disintegrasi Burundi.
Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan mengatakan, tidak ada minat orang untuk membantu dana, memberikan sumbangan pangan, dan menyediakan tempat tinggal bagi korban.
"Negara kami sedang berada di ambang perang, dan kami merasa dilupakan," kata Genevieve Kanyange, seorang pembelot, toko senior dari partai yang berkuasa yang telah mengungsi.
Kekerasan telah dimulai tahun lalu ketika presiden yang flamboyan, Pierre Nkurunziza, seorang bekas guru, komandan milisi, seorang Kristen yang kuat, mengumumkan bahwa ia mengabaikan konstitusi. Ia ingin maju lagi menjadi presiden untuk masa jabatan ketiga.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.