Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Macedonia Melakukan Kekerasan, Polisi Yunani Hanya Menonton

Kompas.com - 12/04/2016, 14:30 WIB

SKOPJE, KOMPAS.com –  Ribuan pengungsi dan migran yang sudah satu bulan terjebak di Idomeni, sebuah desa di Yunan yang berbatasan dengan Makedonia, menggelar potes, Senin (11/4/2016).

Mereka menjadi sasaran kekerasan polisi Macedonia karena memaksa masuk ke negara itu. Pengungsi ditembak dengan  gas air mata oleh polisi Macedonia.

Kepolisian Macedonia mengirim sejumlah personilnya untuk menghadapi pengungsi yang berusaha mendobrak pagar kawat berduri di perbatasan denga Yunani. Para pengungsi sudah "terjebak" di Idomeni sejak lebih dari sebulan silam.

UNHCR telah mengecam tindakan polisi Macedonia, yang dilaporkan menembakkan gas air mata dan peluru karet di kerumunan di sisi wilayah Yunani.

Hingga 12.000 pengungsi telah tidur di gubuk atau di tempat terbuka di Idomeni sejak Februari. Mereka “terjebak” di sana setelah beberapa negara di kawasan Balkan menutup perbatasan mereka, seperti dilaporkan Deutche Welle, Selasa (12/4/2016).

"Waktu dan lagi dalam beberapa bulan terakhir, kami telah melihat ketegangan berlangsung di berbagai perbatasan Eropa, antara pasukan keamanan di satu sisi dan orang-orang yang melarikan diri dari perang dan membutuhkan bantuan pada yang lain," kata juru bicara UNHCR Adrian Edwards.

Lebih dari sebulan

Ratusan pengungsi berkumpul di dekat pagar perbatasan negara antara Macedonia dan Yunani, di Idomeni sejak Minggu (10/4/2016).

 Mereka yang berada paling depan mengacungkan slogan-slogan yang bernada damai ketika menghadapi barisan polisi Yunani. Di samping itu, tiga bus memblokade jalan kereta api, dan di dekatnya satuan polisi tambahan siap menghadang.

Awalnya aksi protes berjalan tenang. Setelah berunding dengan polisi Yunani, lima pengungsi bahkan setuju untuk pergi ke perbatasan untuk bernegosiasi dengan wakil pemerintah Macedonia.

"Bukan kami yang menghendaki agar perbatasan terus ditutup," demikian dikatakan seorang polisi Macedonia, "Kami mengikuti perintah Eropa. Mohon tetap tenang dan jangan coba merobohkan pagar", ujar aparat keamanan Macedonia.

Seorang wakil pengungsi masih menyatakan ingin tetap damai. Tetapi ia juga mengungkapkan bahwa sekitar 10.000 orang pengungsi lari dari perang dan "terjebak" di sana berbulan-bulan. Mereka minta solusi, namun 10 menit kemudian bentrokan pecah.

Ratusan pengungsi mendekati pagar. Beberapa berusaha memotong kawat berduri di bagian pagar yang tidak dijaga polisi.

Polisi Macedonia kemudian menembakkan gas air mata berkali-kali untuk mencegah pengungsi mendekati pagar.

Sebagian ditembakkan langsung ke pengungsi. Sebagian lagi dilontarkan jauh ke kawasan pertanian Yunani, sementara polisi Yunani hanya menatap tanpa mengambil tindakan.

Awan zat kimia tersebar menutupi kamp pengungsi dan desa Idomeni. Orang-orang berusaha melindungi mata, sementara sejumlah aktivis membawa baskom-baskom air untuk mereka yang terkena gas, agar dapat mencuci mata.

Polisi Macedonia menembakkan gas air mata selama lebih dari dua jam. Mereka bahkan juga melemparkan batu dan selanjutnya menggunakan meriam air serta peluru karet.

Dikecam

Sejumlah orang pingsan. Relawan dan aktivis segera melarikan pengungsi dari kawasan konflik dan memberikan pertolongan pertama.

Senin malam,  pegiat amal kesehatan Doctors Without Borders (MSF) menyatakan sudah mengobati 300 orang akibat terkena gas air mata dan trauma.

Pemerintah Yunani sontak mengecam penggunaan kekerasan oleh polisi Macedonia.

Juru bicara Komite Urusan Pengungsi Yunani, Giorgos Kyritsis, mengatakan, penggunaan zat kimia dan granat kejut terhadap orang-orang yang lemah harus dikecam. Berbagai kelompok lainnya juga mengecam.

"Bentrokan, gas air mata, dan keputusasaan di Idomeni adalah simtom ‘penyakit’ Eropa dalam masalah pengungsi," kata Gauri van Gulik, Wakil Direktur Amnesty International di Europa.

"Selama pengungsi tidak diberikan solusi, jalan menuju keamanan, dan jika mereka terus terpaksa tidur di atas lumpur, situasi hanya akan tambah buruk. Eropa harus menawarkan relokasi pengungsi dalam waktu singkat, dan mereka harus ditampung di fasilitas yang menjamin harga diri mereka," ujarnya.

Kekerasan dan kondisi yang dihadapi pengungsi menyulut kemarahan terhadap Uni Eropa dan negara-negara Balkan yang berusaha menahan pengungsi agar tetap berada di Yunani, tanpa perspektif apapun.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber DW
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com