Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kang Chol-hwan, Kabur setelah 10 Tahun Disekap di Kamp Konsentrasi Korut

Kompas.com - 01/04/2016, 17:17 WIB

KOMPAS.com - Sejak berusia 9 tahun, remaja Kang Chol-hwan hidup selama 10 tahun di dalam kamp konsentrasi Yodok di Korea Utara.

Kamp Konsentrasi Yodok dikenal dengan beragam tuduhan kekerasan, mulai dari penyiksaan, aborsi paksa, kelaparan, eksekusi sewenang-wenang, dan beragam kekejaman lain yang tak terkatakan.

Diperkirakan ada 80.000-120.000 tahanan politik terkunci di kamp konsentrasi di negara itu.

Beruntung, nasib baik masih menghinggapi Hwan. Di tahun 1992, remaja yang kala itu masih berumur 19 tahun tersebut, berhasil kabur dari Kamp Konsentrasi Yodok. Dia pun berhasil melarikan diri hingga ke Korea Selatan.

"Kami bangun pukul 5 pagi dan dipaksa bekerja sampai matahari terbenam. Kami diberi pelajaran tentang Kim il -sung (pemimpin tertinggi pertama Korea Utara) dan Juche (doktrin politik Korea Utara," kata Hwan, seperti dikutip laman Independent.

Hwan pun mengaku para tahanan di kamp itu kerap dipaksa menonton eksekusi mati.

"Kami dilecehkan secara fisik, dipukul, dan disiksa. Saya menganggapnya ini macam bentuk lain kamp Auschwitz di masa Nazi," ungkap dia.

"Mungkin bedanya dengan Auschwitz, mereka hanya menggunakan metode yang berbeda dalam membunuh orang," kata dia.

Terkejut
Setelah melarikan diri dari Korea Utara, Hwan mengaku terkejut dengan perbedaan sosial antara Utara dan Selatan.

"Di Korea Utara, perempuan sering diperlakukan kasar, tetapi di Korea Selatan, saya bisa melihat wanita merokok. Itu tak terbayang bisa terjadi di utara," ungkap Hwan.

Korea Utara memang dikenal menjalankan sebuah rezim paling tertutup dan represif di dunia. Mereka membatasi informasi, kebebasan bergerak, dan berekspresi bagi warganya.

"Di utara, tak mungkin warganya bisa memiliki hobi. Hidup warga di sana dibatasi dengan aturan pemerintah dan kebiasaan komunal. Menujukkan sebuah hobi atau pandangan personal hanya mempercepat jalan untuk masuk ke kamp konsentrasi," kata dia lagi.

Kirim USB
Kini, melalui jejaring sosial Reddit, Hwan menjawab memaparkan cerita dan menjawab beragam pertanyaan terkait pengalaman buruknya itu.

Hwan bersama grupnya, the North Korea Strategy Center pun menyelundupkan stik USB yang berisi informasi tentang dunia di luar Korut kepada warga di utara. 

"Saya berharap gerakan macam ini bisa membuka pembatasan fisik dan menginduksi pembelotan massal, atau membuka penghalang informasi agar ada akses ke luar," sambung Hwan.  

Selain itu, lanjut Hwan, Pemerintah Korut menghendaki warganya terus terkucil dari perkembangan dunia.

"Dengan jalan ini, maka makin banyak warga Korut yang terbuka matanya. Hal itu akan makin berbahaya bagi pemerintah setempat," kata dia.

"Sejauh ini, saya percaya, upaya kami bisa mengena di salah satu dari dua sasaran itu," ungkap Hwan. 

Dia menceritakan, sudah ribuan stik USB yang disusupkan ke Korut. Barang-barang itu disusupkan bukan tanpa risiko. 

"Warga Korut tak jarang tertangkap saat membawa USB ini, namun mereka biasanya bisa bebas setelah membayar suap kepada patugas polisi," kata dia.

Masalah baru muncul ketika ada warga yang tertangkap dan tidak memiliki uang untuk membayar suap.

Saat ini, The North Korea Strategy Center sedang melancarkan upaya dengan kampanye dan penggalangan dana, untuk bisa menyusupkan lebih banyak USB lagi ke Korut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com