Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Ano Hito Wa Mo Inai

Kompas.com - 11/03/2016, 14:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Demikian pula pasokan barang kebutuhan. Orang harus antri di supermarket untuk membeli barang kebutuhan.

Kota-kota pesisir seperti Natori, Tagajo, dan Kesennuma luluh lantak diterjang tsunami. Kota-kota itu. Mendengar namanya saat itu langsung membuat air mata saya tumpah ruah.

Bandara Sendai itu terletak di Natori. Ia luluh lantak. Di bandara itulah saya menyambut kedatangan istri saya pada kunjungannya yang pertama ke Sendai. Kami menikah beberapa hari sebelum saya berangkat untuk kuliah. Istri saya menyusul 3 bulan kemudian.

Di bandara itulah dia mendarat, dan saya menjemputnya. Tempat kenangan itu musnah tersapu ombak.

Ada beberapa teman saya di Natori, hingga saat ini belum bisa saya ketahui keberadaannya. Kami juga pernah diundang oleh Walikota Tagajo bersama komunitas pelajar asing di Sendai. Banyak orang yang kami temui di sana, walau tidak berteman akrab.

Kesennuma, kami pernah berlibur ke sana. Kota pelabuhan nelayan yang cantik. Banyak orang Indonesia yang bekerja di sana, sebagai awak kapal nelayan. Bagaimana nasib mereka?

Jepang berduka saat itu. Saya juga berduka. Dua minggu baru saya bisa mengontak kawan-kawan. Tak ada dari mereka yang jadi korban. Semua baik-baik saja.

Tapi saya tetap merasakan duka, karena ada banyak orang yang dulu hanya saya kenal sekilas, tak bisa saya ketahui keadaannya. Mungkin ada di antara mereka yang sudah tiada. Ano hito wa mo inai.

Tapi di tengah duka itu, orang-orang Jepang menunjukkan ketabahannya. Mereka segera bangkit. Tindakan darurat segera diambil. Pembangunan kembali segera dimulai. Mereka tak berlama-lama meratap, segera bangkit dengan teriakan,”Ganbare, Tohoku!” Berjuanglah Tohoku!

Yang mengguncang dunia adalah foto-foto korban yang tetap tertib antri mengambil makanan, meski mereka dalam keadaan kesusahan.

Dua tahun lalu saya berkunjung ke Sendai. Semua sudah pulih seperti sedia kala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com