Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Harem adalah Sekolah Perempuan, Ibu Negara Turki Dikecam

Kompas.com - 10/03/2016, 17:53 WIB
ANKARA, KOMPAS.com - Ibu negara Turki, Emine Erdogan pada Rabu (9/3/2016) menyebut harem milik Kesultanan Ottoman berfungsi sebagai "sekolah" untuk mempersiapkan perempuan untuk menghadapi kehidupan.

"Harem adalah sekolah bagi anggota dinasti Ottoman dan tempat mendidik para perempuan untuk menghadapi kehidupan," kata Emine Erdogan dalam sebuah acara kenegaraan di Ankara.

Pernyataan Emine ini dikeluarkan sehari setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memicu protes akibat pidatonya dalam peringatan Hari Perempuan Internasional, Selasa (8/3/2016).

Dalam pidatonya itu, Erdogan mengatakan, dia sangat meyakini bahwa perang perempuan yang paling penting di atas segalanya adalah menjadi seorang ibu.

Erdogan juga pernah dihujani kritik saat menganjurkan para perempuan Turki memiliki sedikitnya tiga orang anak dan menyebut upaya mempromosikan keluarga berencana adalah "pengkhianatan".

Erdogan dan istrinya kerap menyitir prinsip-prinsip Kesultanan Ottoman dalam berbagai pernyataan publik mereka. Kesultanan Ottoman telah runtuh dan berubah menjari Republik Turki pada 1923.

Di mata Barat, harem selalu dikaitkan dengan perilaku pelecehan terhadap perempuan. Namun, di masa kejayaan Kesultanan Ottoman, harem diklaim lebih dari sekadar tempat mengumpulkan para istri petinggi kerajaan.

Di masa kekuasaan Ottoman, harem adalah sebuah institusi dengan aturan yang sangat rinci dan ketat. Sultan sekalipun harus mengikuti aturan yang ada di dalam harem.

Setiap perempuan di dalam harem menerima pendidikan dalam bidang  yang menjadi bakat terbesar mereka misalnya kaligrafi, seni dekoratif, musik atau bahasa asing.

Tak ada batasan usia bagi perempuan yang tinggal di dalam harem. Perempuan berusia 60 tahun bisa saja tinggal berdampingan dengan gadis muda.

Sedangkan beberapa perempuan hasil didikan harem Ottoman menjadi orang berpengaruh di banyak bidang.

Meski demikian, tetap saja komentar Emine Erdogan itu menuai protes dan mengakibatkan ribuan perempuan turun ke jalan untuk mengecam pernyataan sang ibu negara.

"Di masa kekuasaan Sultan Murad III (di abad ke-16), buku adalah satu-satunya benda yang tak boleh masuk ke dalam harem," ujar Ozlem Kurumlar, seorang profesor di Universitas Istanbul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Arabiya
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com