Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/01/2016, 20:43 WIB
EditorFarid Assifa
DONETSK, KOMPAS.com - Patung Lenin hampir rusak, Rabu (27/1/2015), setelah beberapa orang tak dikenal mencoba meledakkan monumen besar pendiri Uni Soviet itu di Donetsk, ibu kota de facto pemberontak Ukraina.

Para pemimpin pemberontak pro-Rusia langsung mengeluarkan tudingan "sekelompok teroris" sedang berupaya menjatuhkan simbol kekuatan komunis itu, yang menjulang dengan besar di lapangan utama Donetsk, kota industri di timur, selama hampir 50 tahun terakhir.

Sebagian kecil pondasi monumen tersebut rusak karena ledakan, namun patung perunggu tokoh itu sama sekali tidak rusak.

"Menurut informasi kami, bahan peledak itu diletakkan oleh sebuah kelompok teroris yang telah melakukan kejahatan yang sejenis di Donetsk," ujar juru bicara kemiliteran pihak pemberontak, Eduard Basurin, kepada AFP.

Tidak ada satu pihak pun yang mengklaim bertanggung jawab dan tidak ada orang yang ditangkap terkait kejadian itu.

Namun, kementerian dalam negeri pemerintahan --yang menyatakan kemerdekaan sendiri-- menyatakan, pihaknya menganggap insiden itu sebagai aksi terorisme dan sedang diselidiki.

Ledakan itu menyusul serangkaian usaha serupa untuk menghancurkan patung-patung Lenin, yang dibangun di kota-kota bekas Uni Soviet, dari wilayah-wilayah yang dilanda perang separatis di provinsi Lugansk dan Donetsk.

Pasukan pro-Moskwa telah melancarkan perang selama 21 bulan melawan pasukan pemerintah yang telah menewaskan lebih dari 9.000 orang.

Kiev telah melarang keberadaan seluruh simbol Soviet maupun Partai Komunis dalam usaha guna menegaskan komitmennya untuk bergabung dengan Uni Eropa, dan bahkan untuk bergabung dengan persekutuan militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (Nato).

Revolusi pro-Uni Eropa di Ukraina pada 2014 lalu ditandai dengan penghancuran monumen Lenin raksasa lainnya di Kiev, dua bulan sebelum presiden Ukraina dukungan Moskwa beserta orang-orang kepercayaannya mengungsikan diri ke Rusia.

Kepemimpinan Rusia, yang menyangkal segala keterlibatan dalam revolusi pro-Moskwa, menuduh negara tetangga Baratnya melanggar hukum internasional karena melarang keberadaan Partai Komunis.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com