Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bendung Kaum Radikal, Tajikistan Cukur Janggut 13.000 Pria

Kompas.com - 22/01/2016, 09:44 WIB
KOMPAS.com — Dalam upaya mengekang radikalisasi, pihak berwenang di Tajikistan di Asia Tengah mencukur jenggot hampir 13.000 pria. Mereka juga menutup sekitar 160 toko yang menjual pakaian tradisional Islam dan "meyakinkan" lebih dari 1.700 perempuan untuk berhenti memakai kerudung.

Menurut Radio Free Eropa dalam bahasa Tajik, langkah-langkah itu dilakukan di wilayah Khatlon di barat daya negara itu, yang berbatasan dengan Afganistan. Kepala polisi wilayah itu mengatakan, sebanyak 12.818 pria dengan "jenggot yang terlalu panjang dan berantakan", telah "dicukur" pada tahun 2015.

Rezim sekuler Presiden Emomali Rahmon dikenal dengan tindakan kerasnya terhadap politik Islam. Dari tahun 1992 hingga 1997, Tajikistan mengalami perang saudara yang sengit antara pasukan pemerintah yang setia kepada Rahmon dan kelompok Islam yang beroposisi. Diperkirakan, sebanyak 50.000 sampai 100.000 orang tewas dalam perang saudara itu.

Pemerintah telah mengambil sejumlah langkah untuk membendung berbagai tradisi yang diklaim sedang diimpor dari Afganistan.

Departemen Luar Negeri AS memperkirakan, lebih dari 90 persen penduduk negara itu adalah Muslim, dan bahwa kepatuhan beragama tampaknya meningkat di negeri itu.

Rahmonseorang pemimpin sekuler, walau dia adalah seorang Sunnitelah berkuasa sejak 1992. Pemerintahan otoriternya telah berulang kali menyatakan keprihatinan atas kebangkitan Islam. Pemerintah menghubungkan kebangkitan tersebut dengan ekstremisme.

Pada September lalu, Mahkamah Agung negara itu melarang satu-satunya partai politik Islam yang terdaftar, yang sebelumnya diakui secara resmi. Pada Desember, Rahmon melanjutkan kekuasaan setelah parlemen memberi keluarganya kekebalan seumur hidup dari penuntutan, dan menyebut dia sebagai "pendiri perdamaian dan persatuan nasional Tajikistan".

Berbagai masalah mendera negara miskin berpenduduk sekitar 7 juta orang itu. Ratusan warga Tajik diduga telah bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah. Tahun lalu, kepala unit pasukan elite polisi yang ditugaskan untuk memerangi kaum ekstremis justru menghilang dan kini diduga telah bergabung dengan ISIS.

Menurut laporan Washington Post, tindakan keras di Tajikistan meniru langkah-langkah yang dilakukan di seberang perbatasan di wilayah Xinjiang, China bagian barat. Di daerah itu, Beijing telah berusaha untuk mengekang tradisi kaum Muslim Uighur, yang merupakan kelompok minoritas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com