Airly, secara efektif, adalah sebuah klub terbang, dengan beberapa ratus anggotanya membayar sebesar 1.000 dollar Australia (atau setara Rp 10 juta) untuk biaya pendaftaran dan 2.550 dollar Australia (atau setara Rp 26 juta) per bulan untuk penerbangan tak terbatas antara Bandara Bankstown di Sydney dan Bandara Essendon di Melbourne, serta penerbangan ke Canberra.
Para penumpang akan terbang dalam pesawat King Air 350 turboprop delapan kursi.
Salah satu pendiri Airly, Luke Hampshire, berharap untuk meluncurkan layanan jet pribadi ini pada akhir tahun 2016.
"Kami memberi anggota kami akses ke pesawat pribadi delapan kursi, yang terbang antara rute udara tersibuk di Australia dan biaya bulanan flat," katanya.
Airly hanyalah contoh lain dari perusahaan start-up yang menggunakan teknologi baru untuk menggoyang industri yang telah mapan.
Kehadirannya menyusul keberhasilan layanan transpor Uber dan situs sewa apartemen pribadi, Airbnb.
Luke yakin kenyamanan terbang dengan Airly akan sepadan dengan harganya.
"Kami akan menghemat perjalanan mereka dua jam per pulang-pergi, waktu yang biasanya dihabiskan untuk transit, mencari parkir mobil, mengantre pemeriksaan sekuriti, mencoba masuk atau keluar Sydney, dan dengan semua kemacetan," ujarnya.
"Kami benar-benar berpikir kami akan mengubah perjalanan udara bagi para komuter rutin," katanya.