Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turki Terjebak dalam Ketegangan Arab Saudi-Iran

Kompas.com - 07/01/2016, 14:45 WIB
KOMPAS.com - Krisis diplomatik yang berkembang antara Iran dan Arab Saudi memaksa Turki untuk bersikap hati-hati.

Dengan kata-kata yang dipilih secara hati-hati, Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus merilis pernyataan, mengutuk serangan terhadap kedutaan Arab Saudi di Teheran dan eksekusi ulama Nimr al-Nimr.

Namun Presiden Recep Tayyip Erdogan hari Rabu (6/1) mengatakan, eksekusi itu masalah dalam negeri.

Kolumnis politik Semih Idiz pada koran Cumhuriyet di Turki dan situs web Al Monitor mengatakan, Turki berada dalam posisi yang serba salah.

"Dalam situasi yang sangat sulit tentu saja, tidak diragukan lagi, saat ini hubungan Turki dan Iran akan tetap baik. Tetapi, kedua negara merasa harus menjaga hubungan, dan Turki sangat bergantung pada energi Iran. Jadi, Turki tidak bisa terlalu tegang dengan Iran. Di sisi lain, Turki punya hubungan baru yang strategis dengan Arab Saudi," kata Idiz.

Iran berada di peringkat kedua setelah Rusia dalam memasok gas alam ke Turki. Turki kini sedang menghadapi krisis diplomatik dengan Rusia dan berusaha keras mencari pemasok lain untuk diversifikasi ketergantungan energinya.

Pakar hubungan internasional Soli Ozel dari Kadir Has University di Istanbul mengatakan, persaingan regional dengan Iran sudah membuat pusing Turki.

"Kami diam-diam saling bersaing, di Irak, di Suriah tentu, dan bahkan mungkin di Kurdistan Irak, dan Iran dan Rusia bekerja sama sangat erat," kata Ozel.

Tetapi, persaingan dengan Iran, khususnya di Suriah, dengan kedua pihak mendukung pihak yang berlawanan dalam perang saudara, secara luas dipandang sebagai faktor mengapa Turki baru-baru ini mulai mengembangkan hubungan strategis dengan Arab Saudi.

Bulan lalu, Presiden Turki Erdogan menyatakan komitmen Turki bagi aliansi anti-teror negara-negara Sunni di kawasan itu yang dipimpin Arab Saudi.

Tetapi cendekiawan tamu pada Carnegie Institute, Sinan Ulgen, mengatakan krisis yang semakin dalam antara Arab Saudi dan Iran adalah tanda peringatan bagi Turki.

"Mengingat Turki sulit mendapat dukungan tambahan di wilayah itu untuk tujuannya di Suriah, hubungan dengan Arab Saudi menjadi penting. Tetapi ini tentu bagian kebijakan luar negeri di mana Turki harus melangkah hati-hati, karena Turki tidak boleh terlihat sebagai pemain di Timur Tengah yang bersedia memanipulasi sentimen-sentimen sektarian," kata Ulgen.

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, sejalan dengan sekutu Barat Turki, hari Selasa mengimbau Arab Saudi dan Iran agar bertindak dengan akal sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com