Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gedung Putih: Usulan soal Orang Islam Membuat Trump Terdiskualifikasi untuk Jadi Presiden

Kompas.com - 09/12/2015, 09:01 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.com — Seruan Donald Trump agar orang Islam harus dilarang memasuki Amerika Serikat (AS) telah membuat dia terdiskualifikasi untuk menjadi presiden AS.

Juru Bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengemukakan hal itu, Selasa (8/12/2015) waktu setempat, untuk menanggapi pernyataan kontroversial Trump sehari sebelumnya.

"Faktanya adalah, hal yang Donald Trump katakan kemarin membuat dia terdiskualifikasi untuk menjabat sebagai presiden," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Josh Earnest dalam konferensi pers.

Sikap pejabat Gedung Putih yang sangat mempertimbangkan komentar seorang bakal calon partai oposisi merupakan langkah yang sangat tidak biasa.

Earnest, yang melukiskan Trump sebagai "penjaja karnaval berambut palsu", mengatakan, usulan pengusaha realestat itu tidak konstitusional.

Earnest mengatakan bahwa setiap presiden AS harus bersumpah untuk "melestarikan, melindungi, dan mempertahankan" Konstitusi Amerika Serikat. Dengan demikian, kata dia, Trump sudah tidak memenuhi syarat tersebut.

Bakal calon unggulan dari Partai Republik itu pada Senin lalu mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyerukan agar AS menolak masuk orang-orang Muslim. Usulan itu mendapat kecaman luas, termasuk dari beberapa bakal kandidat di partainya.

Earnest menantang Partai Republik, terutama para bakal kandidat lainnya, untuk mengecam Trump. Ia mengatakan, semua calon presiden Partai Republik telah menandatangani janji untuk mendukung siapa pun calon yang pada akhirnya akan diajukan dari partai itu.

"Para bakal calon presiden Partai Republik yang berpegang teguh pada janjinya untuk mendukung Trump dengan sendirinya terdiskualifikasi," kata Earnest.

"Pertanyaannya sekarang adalah soal sisa (bakal calon) Partai Republik lainnya, dan apakah mereka tidak terseret ke dalam tong sampah sejarah bersama dia (Trump). Saat ini, situasinya sangat tidak baik."

Ketua DPR AS Paul Ryan, tanpa menyebut nama Trump, telah mengecam seruan tersebut.

"Biasanya saya tidak mengomentari apa yang sedang terjadi dalam pemilu presiden. Saya melakukan pengecualian hari ini. Ini bukan tentang konservatif atau bukan. Apa yang diusulkan kemarin bukanlah sikap partai, dan terutama sekali hal itu bukan sikap negara ini," kecam Ryan.

Juru bicara badan urusan pengungsi PBB, Melissa Flemming, Selasa, mengatakan, retorika itu merugikan upaya PBB merelokasi sebagian pengungsi ke Amerika.

"Kami memiliki program pemukiman kembali pengungsi yang berjumlah sangat besar ke Amerika, dan program itu mencakup para pengungsi Suriah. Kami bicara tentang pengungsi Suriah saat ini, dan kami prihatin, retorika yang digunakan dalam kampanye pemilu itu dapat menimbulkan risiko bagi program pemukiman kembali orang-orang yang sangat rentan ini, korban peran yang tidak bisa dihentikan dunia," ujar Melissa.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris David Cameron menyebutkan bahwa rencana Trump itu "memecah belah, merugikan, dan salah."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP, CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com