Status darurat berlaku mulai Jumat (20/11/2015) tengah malam waktu setempat hingga 10 hari mendatang. Keita juga mengumumkan tiga hari berkabung.
Dalam keterangan kepada wartawan seusai menggelar rapat darurat dengan jajaran menterinya, Keita mengatakan, sebanyak 21 orang tewas dalam serangan itu, termasuk dua pria pelaku penyanderaan.
Laporan sebelumnya menyebutkan sedikitnya 27 orang meninggal dunia. Sebab, seorang pejabat PBB, yang berbicara tanpa bisa dikemukakan identitasnya, mengatakan, 12 jenazah ditemukan di basement hotel dan 15 jasad lainnya ada di lantai 2.
Sejumlah saksi mata mengatakan, serangan dilakukan sekitar 13 pria bersenjata.
Salah seorang sandera yang meninggal ialah Geoffrey Dieudonne, anggota parlemen Belgia dari wilayah Wallonia.
Kemudian, kantor berita China, Xinhua, melaporkan, terdapat tiga warga China yang meninggal.
Adapun Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengaku ada satu warga AS yang menjadi korban tewas.
Melepaskan tembakan
Sejumlah saksi mata mengatakan, drama penyanderaan bermula ketika sekitar 13 pria bersenjata masuk ke Hotel Radisson Blue sembari melepaskan tembakan.
Para pria bersenjata itu kemudian menyandera 140 orang tamu hotel dan 30 pegawai. Kantor berita Reuters yang mengutip keterangan sumber keamanan di Mali melaporkan bahwa sejumlah sandera, yang bisa mengucapkan ayat-ayat Quran, dilepaskan.
Drama penyanderaan berakhir setelah pasukan khusus Mali menyerbu hotel. Pasukan khusus AS dan Perancis juga turut membantu upaya penyerbuan.
Sejauh ini, kelompok Al Qaeda di Maghribi Islam dan afiliasinya, Al-Murabitoun, mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Serangan dan drama penyanderaan di Mali bukan kali pertama terjadi sepanjang tahun ini. Pada 2015, kelompok militan membunuh 13 orang, termasuk lima pekerja PBB, dalam penyekapan di sebuah hotel di kota Sevare.
Tanggung jawab keamanan di Mali dipikul oleh pasukan PBB sejak Juli 2013, setelah beberapa kota utama di bagian utara negara itu diambil alih oleh kelompok militan.