Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Ilmuwan Raih Nobel Kedokteran, Salah Satunya Ahli Herbal China

Kompas.com - 06/10/2015, 06:16 WIB
Bayu Galih

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Tiga orang ilmuwan berhasil meraih Penghargaan Nobel bidang Kedokteran 2015 atas upaya yang dianggap revolusioner dalam melawan penyakit malaria dan wabah akibat cacing gelang (roundworm). Upaya yang dihasilkan tiga ilmuwan itu dianggap berpotensi menyelamatkan jutaan nyawa akibat penyakit yang disebabkan parasit tersebut.

Dilansir dari AFP, Selasa (6/10/2015), ilmuwan China, Tu Youyou menjadi salah satu peraih Nobel Kedokteran atas karyanya dalam menghasilkan artemisinin. Obat itu merupakan anti-malaria yang dikembangkan berdasarkan pengobatan herbal ala masyarakat China kuno.

Tu Youyou menjadi perempuan China pertama yang memenangkan Penghargaan Nobel di bidang sains. Selain itu, dia juga menjadi perempuan ke-12 yang berhasil meraih Nobel Kedokteran dari 210 peraih penghargaan itu sejak 1901.

Sedangkan dua orang lainnya yang mendapatkan Penghargaan Nobel adalah William Campbell dari Irlandia dan Satoshi Omura dari Jepang. Keduanya dianggap berjasa dalam pengobatan penyakit yang disebabkan cacing gelang, yang dinamakan avermectin.

"Dua penemuan itu telah memberikan cara baru untuk manusia dalam memerangi penyakit yang berdampak terhadap jutaan orang tiap tahun," demikian pernyataan Komite Nobel.

"Hasil yang diberikan dalam meningkatkan kesehatan dan mengurangi penderitaan manusia sangat luar biasa."

Berbasis herbal

Tu yang kini berusia 84 tahun merupakan Profesor Kepala di Akademi Pengobatan Tradisional Masyarakat China sejak 2000. Dia melakukan penelitian sejak 1970-an, di puncak periode Revolusi Kebudayaan China. Penelitian itu menjadi awal dalam penemuan artemisinin, yang secara pesat mengurangi jumlah kematian akibat penyakit malaria.

Pengobatan itu berdasarkan pengobatan tradisional, herbal yang dikenal dengan nama Artemisia annua. Saat ini, obat itu menjadi kombinasi dasar yang digunakan dalam pengobatan terhadap malaria.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 198 juta infeksi malaria pada 2013 yang menyebabkan 584.000 kematian, sebagian besar merupakan anak-anak di Afrika.

Pencapaian yang diraih oleh Tu Youyou tentu menjadi sebuah kebanggan bagi masyarakat China. Sejumlah post yang bertuliskan kebanggaan itu pun bermunculan di media sosial, terutama media sosial khas China, Weibo.

Atasi kebutaan

Adapun obat avermectin dianggap menghasilkan pengobatan revolusioner dalam melawan kebutaan akibat cacing gelang, yang dikenal dengan sebutan river blindness. Penyakit yang dikenal dengan nama ilmiah onchocerciasis bermula saat cacing masuk ke tubuh manusia melalui gigitan lalat hitam yang telah terinfeksi cacing itu.

Penyakit itu menyebabkan gangguan kulit hingga gangguan pada penglihatan yang juga bisa menyebabkan kebutaan.

Awal pengembangan avermectin adalah saat Omura, seorang mikrobiologis, mengembangkan grup bakteria yang dinamakan Streptomyces. Omura kemudian berhasil mengembangkannya di laboratorium.

Campbell yang saat itu bekerja untuk perusahaan farmasi Merck, lalu menunjukkan bahwa bakteri yang dikembangkan Omura secara aktif dapat melawan penyakit. Hal itu kemudian terus dikembangkan hingga menghasilkan avermectin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com