Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Perbesar Peluang Tinggal di Jerman, Para Migran Timteng Ganti Agama

Kompas.com - 06/09/2015, 01:09 WIB

BERLIN, KOMPAS.com — Demi meningkatkan peluang ditampung di negara baru, berbagai cara digunakan para pengungsi Timur Tengah yang tiba di Jerman. Salah satunya adalah mengganti agama mereka menjadi Kristen.

Salah satunya adalah Mohammed Ali Zonoobi yang baru saja resmi menjadi seorang pemeluk Kristen pada Jumat (4/9/2015), setelah dibabtis di sebuah gereja di Berlin, Jerman.

"Maukah kamu menjauhkan diri dari setan dan bujukan jahatnya?" ujar Pastor Gottfried Martens sambil menyiramkan air suci ke kepala pengungsi asal Iran itu.

"Ya," kata Zonoobi menjawab pertanyaan sang pastor. Seusai mendapat jawaban itu, Pastor Gottfried kemudian memberikan berkat dan membabtis Zonoobi, yang kemudian juga mengganti namanya menjadi Martin.

Zonoobi, seorang tukang kayu dari Shiraz, Iran, tiba di Jerman bersama istri dan dua anaknya, lima bulan lalu. Dia adalah satu dari ratusan pengungsi asal Iran dan Afganistan yang kini beragama Kristen dalam beberapa waktu belakangan. (Baca: Mengapa Warga Suriah Tidak Mengungsi ke Negara-negara Teluk?)

Sama seperti Zonoobi, saat ditanya alasan berganti agama, mereka mengaku telah menemukan kebenaran dalam ajaran Kristen. Namun, patut diduga, alasan utama mereka beragama Kristen adalah untuk memperbesar peluang ditampung di negeri dengan perekonomian terbesar di Eropa itu.

Gottfried Martens menyadari, berganti agama sangat terkait dengan masalah peluang para pengungsi itu tinggal di Jerman. Namun, bagi Gottfried, alasan mereka menjadi beragama Kristen tidaklah penting.

Sebenarnya, beragama Kristen tak menjamin para pengungsi itu bisa tinggal di Jerman. Terlebih lagi, Kanselir Angela Merkel telah mengatakan bahwa umat Islam juga bagian dari Jerman.

Namun, bagi pengungsi Iran dan Afganistan, menjadi umat Kristen bisa meningkatkan daya tawar mereka. Sebab, jika dipulangkan, mereka akan mendapatkan masalah karena sudah mengganti agama mereka.

Tentu saja, tak ada pengungsi yang mengaku bahwa mereka bersedia memeluk Kristen demi mendapatkan suaka di Jerman. Di sisi lain, beberapa dari pengungsi yang kini memeluk Kristen tak mau menyebutkan nama karena khawatir akan mendapat masalah di kampung halaman mereka.

Warga Suriah pasti diterima

Contoh lain adalah Vesam Heydari, yang juga asal Iran. Awalnya dia mencoba meminta suaka di Norwegia dan menjadi beragama Kristen sejak 2009. Namun, permohonannya untuk tinggal di Norwegia ditolak karena pemerintah negeri itu tak percaya bahwa Vesam akan mengalami penindasan di Iran hanya karena dia beragama Kristen.

Ditolak di Norwegia, Vesam pindah ke Jerman untuk mendapatkan status pengungsi, dan hingga kini masih menunggu keputusan pemerintah Jerman. Dia mengkritik banyaknya pengungsi Iran yang menjadi Kristen karena akan mempersulit peluangnya.

"Sebagian besar orang Iran di sini berganti agama bukan karena masalah kepercayaan. Mereka hanya ingin tinggal di Jerman," ujar Vesam.

Di sisi lain, banjir umat baru ini membuat para pemuka agama, seperti Gottfried Martens, tersenyum karena beberapa tahun belakangan banyak gereja di Jerman terus kehilangan umatnya.

Sebagai contoh, jumlah umat gereja yang dikelola Marten dalam dua tahun terakhir terus menyusut hingga hanya tersisa 150 orang. Nah, dengan kedatangan para pengungsi, umat Martin langsung meningkat menjadi 600 orang.

Komunitas Kristen lain di Jerman, seperti Gereja Lutheran di Hannover dan Rhineland, juga dikabarkan mengalami peningkatan jumlah umat, setelah banyak pengungsi Iran memeluk Kristen dalam beberapa waktu terakhir.

Jerman saat ini sedang menghadapi banjir gelombang pengungsi yang di luar dugaan. Hingga akhir tahun ini, diperkirakan, 800.000 pengungsi dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia akan "menyerbu" Jerman.

Saat ini, yang dipastikan mendapatkan suaka di Jerman adalah warga Suriah yang negaranya diamuk perang. Sementara itu, bagi warga Iran dan Afganistan yang situasi negaranya jauh lebih stabil, peluang mereka untuk tinggal di Jerman tak terlalu bagus.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com