Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musik Bercerita Hindarkan Bencana

Kompas.com - 23/08/2015, 07:35 WIB
Nina Susilo

Penulis

DUNEDIN, KOMPAS – Kearifan tradisional berupa kisah yang dinyanyikan bisa menghindarkan masyarakat dari dampak luas bencana alam. Tradisi ini bisa ditemukan di kawasan Sumatera.

Megan Collins, etnomusikolog New Zealand School of Music Wellington, Sabtu (22/8/2015) di Dunedin, Selandia Baru, menjelaskan setidaknya dia menemukan tiga tradisi kisah (storytelling) yang berkaitan dengan bencana di kawasan Sumatera.

Pertama, smong yang menyelamatkan hampir semua penduduk Pulau Simeuleu dari tsunami pada 2004. Kisah yang didendangkan kepada anak-anak di Pulau Simeuleu mengingatkan masyarakat untuk segera berlari ke perbukitan ketika air laut surut.

Kedua, musik popular seperti “Sumbar Manangi” yang diciptakan musisi lokal Siril Asmara dan bercerita tentang gempa bumi pada 2009. Tradisi berkisah melalui musik juga muncul untuk meminta bantuan untuk korban banjir bandang dari orang-orang di rantau.

Selain itu, ada pula puisi berisi kesaksian satu-satunya orang yang selamat dari tsunami Krakatau tahun 1883 yang ditranskrip M Saleh dan kemudian diterjemahkan John McGlynn dalam buku “Lampung Submerged”.

Megan Collins juga menunjukkan cara bermain rabab pasisia sekaligus ber-kaba (semacam pantun, tetapi lebih longgar dalam aturan rima dan isinya). Tradisi kaba dan pantun memperlihatkan tradisi berkisah di Sumatera Barat. Tradisi berkisah ini, tambahnya, memudahkan trasfer pemahaman di masyarakat.

Selain Megan Collins, beberapa pembicara lain hadir dalam seminar sehari perayaan 20 tahun gamelan di University of Otago, Dunedin, Selandia Baru, Sabtu (22/8).

Mereka adalah etnomusikolog dari New Zealand School of Music Gareth Farr, etnomusikolog University of Otago Henry Johnson and Antony Ritchie, Ilona Wright dari University of Melbourne, David Kotlowi dari University of Adelaide, dan Miranda Adams dari Auckland Philharmonic Orchestra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com