Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi di Tiga Benua Buru Gembong Narkoba Meksiko yang Kabur dari Bui

Kompas.com - 30/07/2015, 11:55 WIB
MEXICO CITY, KOMPAS.com - Polisi dari negara-negara di Amerika hingga Eropa dan Australia telah bergabung dalam sebuah "maraton" untuk menangkap gembong narkoba Meksiko, Joaquin "El Chapo" Guzman, kata seorang pejabat penegak AS, Rabu (29/7/2015) waktu setempat.

Hampir tiga minggu setelah Guzman kabur dari penjara, Wakil Administrator Drug Enforcement Administration (DEA) AS, Jack Riley, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia optimistis gembong kartel narkoba Sinaloa itu akan tertangkap kembali, meskipun hal itu akan sulit.

"Perburuan terhadapnya merupakan sebuah maraton, bukan sprint," kata orang nomor dua DEA itu dalam sebuah wawancara per telepon dari Washington. "Kami tahu ketika kami menangkapnya pertama kalinya bahwa itu tidak mudah, jadi jelas ini seperti permainan kucing dan tikus untuk kami sekarang."

DEA menyediakan informasi intelijen penting guna membantu pihak berwenang Meksiko menangkap Guzman pada Februari 2014, atau 13 tahun setelah pelarian pertamanya dari penjara. Namun dia melarikan diri lagi pada 11 Juli 2015, melalui sebuah terowongan bawah tanah yang dibangun kelompoknya di bawah penjara berkeamanan maksimum di luar Mexico City.

Riley mengatakan, otoritas AS dan Meksiko telah bekerja bahu-membahu sejak saat itu. Dia membantah laporan bahwa pemerintahan Presiden Enrique Pena Nieto enggan untuk menerima bantuan AS.

Perburuan Global.

Sementara Guzman mungkin bersembunyi di daerah asalnya di Negara Bagian Sinaloa di Meksiko barat laut, polisi di seluruh dunia melakukan apa yang perlu dilakukan, dengan mengandalkan kecerdasan manusia dan pengawasan elektronik untuk melacak dia. "Kami bekerja sama dengan rekan-rekan Meksiko kami dengan semua informasi yang mereka miliki di selatan perbatasan, dan tempat-tempat lain di Amerika Tengah dan Selatan dan bahkan di Eropa dan Australia. Semua informasi itu disatukan untuk mendapatkan gambaran besar," kata Riley.

"Selama bertahun-tahun, Chapo berpegang pada fakta bahwa polisi tidak berbicara dengan polisi lain. Namun saya dapat meyakinkan anda bahwa kami sedang melakukannya lebih baik sekarang ketimbang yang pernah kami lakukan, dan jika saya Chapo, saya akan berhati-hati."

Penyelidikan itu mengglobal karena kartel Sinaloa yang besar dan kuat "punya tentakel di semua tempat," dan setiap informasi dapat "membantu kami melacaknya atau melacak seseorang yang sangat dekat dengannya," kata Riley.

Bersembunyi di Sinaloa?

Pelarian kedua Guzman memicu perdebatan tentang apakah Meksiko harus mengekstradisi dia atau gembong narkoba lainnya ke Amerika Serikat.

Walau DEA "tentu" akan meminta ekstradisi Guzman kalau dia tertangkap, Riley mengatakan dirinya memahami mengapa orang Meksiko ingin mengadili dia pertama kali karena dia bertanggung jawab atas kematian yang tak terhitung jumlahnya di Meksiko. "Inilah pendapat saya tentang hal ini, saya hanya ingin orang itu dibui di suatu tempat karena di situlah dia seharusnya berada," katanya.

Para pejabat AS menduga, Guzman sudah pergi ke pegunungan terpencil di Sinaloa, di mana dia telah membangun citra sebagai Robin Hood di kalangan penduduk setempat. "Saya bisa memahami jika saya adalah dia dengan kembali ke Sinaloa di mana saya dapat mengontrol lingkungan sekitar, saya mungkin memiliki pasukan keamanan yang melawan polisi," kata Riley.

Menurut Riley, Guzman (58 tahun) mungkin telah berusaha untuk "mengkonsolidasikan kekuasaannya" atas kartel itu sejak pelariannya. Walau penangkapannya telah melemahkan kelompok itu, kelompok tersebut tetap merupakan organisasi kriminal terbesar di negara itu, dengan anak-anak Guzman serta rekan-rekan terdekatnya menjalankan fungsi kepemimpinan.

"Jika CEO yang menjalankan perusahaan Anda dengan ketat selama 20 tahun tiba-tiba disingkirkan dari kekuasaan, organisasi itu terguncang, aliansi menjadi longgar, orang menjadi agak independen dibanding sebelumnya saat mereka hanya menunggu perintah, komunikasi menjadi tidak disiplin," kata Riley. "Itu sunguh merupakan sebuah kesempatan bagi penegakan hukum di kedua sisi perbatasan untuk membuat serangan besar, dan saya sangat yakin bahwa kami bisa lakukan itu."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com