Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usainya Bulan Madu Turki-NIIS

Kompas.com - 26/07/2015, 16:08 WIB
KOMPAS.com - Para pejabat Turki sebelum ini selalu bersikap samar-samar terhadap tuduhan tentang dukungan Turki kepada kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah serta tindakan memberikan kemudahan terhadap warga asing melintas perbatasan dari Turki ke Suriah untuk bergabung dengan NIIS.

Turki selama ini dimaklumi memiliki titik temu kepentingan dengan NIIS, yakni sama-sama melawan rezim Presiden Bashar al-Assad di satu pihak dan membendung gerakan milisi Kurdi yang dianggap mengancam kepentingan nasional Turki.

Akan tetapi, serangan bunuh diri di kota Suruc, Senin (20/7/2015), yang menyebabkan 32 orang tewas dan 100 orang luka-luka, pertanda akan berakhirnya hubungan bulan madu Turki-NIIS. Pemerintah Turki secara resmi menuduh NIIS berada di balik serangan bom bunuh diri di Suruc tersebut.

Tanda berakhirnya bulan madu Turki-NIIS itu semakin diperkuat dengan aksi pesawat tempur Turki, Jumat (24/7), menggempur sasaran NIIS di desa-desa arah utara Aleppo.

Serangan udara Turki itu sebagai balasan atas tewasnya seorang tentara Turki dan dua tentara luka-luka dekat pintu perbatasan Kilis, Kamis lalu, akibat tembakan dari arah wilayah Suriah yang dikontrol NIIS.

Bahkan, kemudian dilanjutkan aksi baku tembak antara tentara Turki dan milisi NIIS di wilayah perbatasan dekat pintu gerbang Kilis (60 kilometer arah selatan kota Gaziantep).

Sebelumnya, Rabu (22/7), Wakil Perdana Menteri Turki Bulent Arinc menegaskan, Turki akan membangun sistem keamanan perbatasan untuk mencegah menyusupnya anggota NIIS dari Turki ke Suriah dan sebaliknya.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam percakapan telepon, Rabu lalu, juga sepakat untuk membendung gerakan penyusupan warga asing dari mancanegara ke Suriah melalui Turki.

Hal itu tentu akan berdampak pada tertutupnya pintu jihad melalui Turki menuju Suriah yang selama ini disebut pintu surga oleh warga asing yang ingin bergabung dengan NIIS atau kelompok radikal lain.

Media massa Turki juga mengungkapkan, Ankara mulai mempertimbangkan memberikan izin kepada AS menggunakan pangkalan udara Incirlik yang terletak di Turki tenggara untuk menggempur sasaran NIIS di Suriah.

Dua tujuan

Sementara itu, NIIS ditengarai memiliki dua tujuan dari serangan bom bunuh di kota Suruc.

Pertama, memberikan peringatan keras atas tindakan represif Ankara terakhir, saat aparat keamanan Turki menangkap 1.300 warga asing yang ingin bergabung dengan NIIS di Suriah. Kini pun, tidak ada hari tanpa berita aksi polisi Turki menggerebek atau menangkap warga asing di kota Istanbul dan kota lain di perbatasan Suriah, seperti kota Antakya dan Gaziantep, yang hendak menyeberang ke Suriah.

Kedua, balas dendam terhadap kaum Kurdi di Turki yang aktif membantu milisi bersenjata Kurdi di Suriah melawan NIIS sehingga milisi NIIS sering dipukul mundur dari kota-kota yang didudukinya selama ini, seperti dari kota Kobani dan Tal Abyadh.

NIIS sebelum ini telah mengancam Pemerintah Turki setelah Ankara memblokir situs elektronik berbahasa Turki milik NIIS yang dikendalikan dari kota Raqqa, Suriah.

Situs Darulhilafe.com berbahasa Turki milik NIIS sebelum diblokir sempat mengingatkan Pemerintah Turki lantaran aksi aparat keamanan Turki memburu pengikut dan simpatisan NIIS di sejumlah kota di Turki.

Peringatan NIIS itu berbunyi, "Pemerintah Turki telah menangkap saudara kita dari warga asing dan warga Turki serta membatasi akses kita terhadap media sehingga jelas aksi permusuhan Turki terhadap kita."

Hubungan Turki-Kurdi

Dalam waktu bersamaan, serangan bom bunuh diri di kota Suruc itu segera pula memperburuk hubungan kaum Kurdi dan Pemerintah Turki. Pasalnya, kota Suruc berpenduduk mayoritas Kurdi dan sasaran serangan bom bunuh diri adalah para pemuda dari aktivis kiri yang hendak menuju kota Kobani di Suriah untuk menyampaikan solidaritas.

Seruan agar kaum Kurdi mengangkat senjata mulai terdengar sehingga mengingatkan perang saudara Turki-Kurdi selama dua dekade yang membawa korban 50.000 orang tewas.

Ketua Partai Rakyat Demokrasi (HDP) yang berbasis massa kaum Kurdi, Selahattin Demirtas, seusai serangan di kota Suruc menyerukan agar kaum Kurdi bisa membela diri.

Serangan di Suruc itu pun tak pelak menyulitkan posisi Pemerintah Turki karena kini harus berhadapan dengan NIIS dan kaum Kurdi sekaligus.

Pemerintah Turki yang notabene dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) harus bekerja keras meyakinkan lawan politiknya di dalam negeri, khususnya kaum Kurdi, dan masyarakat internasional tentang tidak ada hubungannya antara Pemerintah Turki dan NIIS.

Lawan-lawan politik AKP, termasuk HDP, berusaha memanfaatkan kasus serangan di Suruc untuk melemahkan AKP. Apalagi kemungkinan besar, jika perundingan membentuk pemerintah koalisi saat ini gagal, akan digelar pemilu dini pada Oktober atau November mendatang.

Lawan-lawan politik AKP kini melihat, AKP dalam posisi terlemah selama satu dekade terakhir ini, menyusul merosotnya perolehan kursi AKP cukup signifikan pada pemilu parlemen Juni lalu.

Kini, sedang gencar ditiupkan isu tentang adanya hubungan antara AKP dan NIIS. Misalnya, sedang bertiup isu adanya hubungan NIIS dengan putra dan putri Presiden Erdogan, yakni Bilal dan Samiyah.

Kantor Kepresidenan Turki langsung membantah isu tersebut dan menyebut peniupan isu itu memiliki tujuan politik terselubung.

Namun, dugaan hubungan mesra AKP-NIIS sekarang tinggal kenangan. AKP kini mulai mengevaluasi kebijakan politiknya terhadap NIIS, dari sikap abu-abu menjadi lebih tegas ikut menggempur NIIS. (Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Usainya Bulan Madu Turki-NIIS".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com