Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saudi dan Israel Lakukan Pembicaraan Rahasia untuk Hadapi Iran

Kompas.com - 08/06/2015, 12:35 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.com - Arab Saudi dan Israel tampaknya percaya dengan pepatah kuno yang mengatakan "Musuh dari musuh saya adalah teman saya." Kedua negara mengakui telah mengadakan lima pertemuan rahasia sejak awal tahun 2014 untuk mengatasi musuh regional mereka, Iran. Hal tersebut terungkap Kamis (4/6/2015) pekan lalu dalam acara Dewan Hubungan Luar Negeri (Council on Foreign Relations) di Washington, AS.

"Posisi kami hari ini pada tahap ini tidak berarti bahwa kami telah menyelesaikan semua perbedaan yang ada di antara negara kami selama bertahun-tahun," kata Dore Gold, yang akan segera menjadi direktur jenderal di kementerian luar negeri Israel, sebagai mana dilaporkan Bloomberg. "Namun harapan kami adalah bahwa kami sepenuhnya akan dapat mengatasi semua itu pada tahun-tahun mendatang."

Anwar Majed Eshki, jenderal purnawirawan Saudi yang pernah menjadi penasihat Pangeran Bandar bin Sultan, mantan Duta Besar Saudi untuk Amerika Serikat, dan Gold mengungkapkan diplomasi rahasia itu, yang bertujuan untuk membahas bagaimana mengatasi pengaruh Iran yang sedang berkembang di kawasan tersebut.

Arab Saudi menolak untuk mengakui Israel sebagai sebuah negara dan Israel menolak tawaran perdamaian Arab Saudi dengan imbalan sebuah negara Palestina, yang akan mencakup sebagian wilayah Jerusalem. Namun saat ini kedua negara merasakan tekanan besar untuk bekerja sama saat pengaruh Iran berkembang di Irak dan Yaman.

Eshki menguraikan sebuah rencana yang terdiri dari tujuh poin untuk Timur Tengah, termasuk dukungan perubahan rezim di Iran, pembentukan pasukan militer Arab yang terdiri dari sejumlah bangsa, dan pembentukan sebuah negara merdeka buat etnis Kurdi yang akan didirikan di atas sebagian wilayah Irak, Iran dan Turki.

Pidato Gold pada acara hari Kamis itu memberi peringatan bagi ambisi ekspansionis Iran tetapi tidak menyerukan jatuhnya pemerintah Teheran.

Pembicaraan antara Saudi dan Israel terjadi saat Iran dan sejumlah negara kuat dunia yang dipimpin AS mencoba untuk mencapai kesepakatan terkait program nuklir Iran. Kesepakatan tersebut diharapkan akan tercapai pada batas waktu tanggal 30 Juni ini sebagaimana telah disepakati pada awal tahun ini. Pembicaraan masih bisa terhenti atau berjalan terus melewati batas waktu karena Iran tidak siap untuk memberikan akses ke semua situs pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi. Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah berulang kali menyatakan keraguan bahwa AS dan negara Barat lainnya yang terlibat dalam pembicaraan itu dapat dipercaya.

Arab Saudi dan Israel akan menjadi negara yang paling terpengaruh jika Iran berhasil membuat senjata nuklir, dan sudah menjadi rahasia umum bahwa Israel dan Saudi punya kepentingan bersama dalam memastikan niat Iran itu tertahan.

"Beberapa tahun lalu, Israel terutama telah memberikan peringatan tentang ekspansionisme Iran di Timur Tengah," tulis wartawan Bloomberg, Eli Lake, yang menghadiri acara tersebut dan berbicara dengan Eshki tentang pertemuan rahasia tersebut. "Penting bahwa sekarang Israel bergabung dalam kampanye ini bersama Arab Saudi, negara yang sudah mengharapkan kehancuran Israel sejak tahun 1948."

Pembicaraan diplomatik dengan Israel merupakan topik yang kontroversial di Saudi. Populasi Saudi umumnya punya penolakkan mendalam terhadap Israel terkait kebijakannya di wilayah pendudukan di Tepi Barat dan kondisi menyedihkan bangsa Arab yang hidup di Gaza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com