Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulai 1 Juni, ISIS Wajibkan Semua Pria di Mosul Memelihara Jenggot

Kompas.com - 02/06/2015, 22:13 WIB
BAGHDAD, KOMPAS.com - Setiap kali memandang cermin, kekhawatiran Laith Ahmed muncul. Hingga awal bulan ini belum selembar bulu jenggot pun yang tumbuh di dagunya. Sebab, wajah mulus tanpa jenggot itu bisa menyebabkan dia ditangkap dan dipenjara.

Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) belum lama ini mendistribusikan selebaran di kota Mosul, Irak yang dikuasainya. Isi selebaran itu adalah mulai 1 Juni, setiap pria di kota itu harus memelihara jenggot dan melarang para pria mencukur jenggot mereka.

"Untuk pria seusia saya, jenggot dan kumis saya terlambat tumbuh," kata Ahmed yang baru berusia 18 tahun, yang tak memberikan nama aslinya demi menjaga keamanan dirinya.

"Saya takut karena mereka (ISIS) selalu bertindak keras kepada setiap orang yang dianggap melanggar atau mengabaikan perintah mereka," kata Ahmed kepada AFP dari Mosul yang diklaim ISIS sebagai ibu kota kekalifahannya.

"Saya bekerja di sebuah pabrik roti. Artinya saya harus meninggalkan rumah setiap hari dan bertemu para militan ISIS," tambah Ahmed.

Mosul adalah kota terbesar kedua di Irak dan berpenduduk hampir dua juta orang sebelum direbut dan diduduki ISIS setahun lalu.

Tak seperti kota-kota lain yang dikuasai ISIS, di Mosul masih terdapat banyak warga sipil, sehingga serangan udara ke kota itu menjadi sulit dilakukan.

Dampaknya, Mosul menjadi "laboratorium" pembentukan sebuah negara versi ISIS. Di kota ini ISIS membuat peraturan untuk segala hal mulai dari pendidikan hingga jam operasional toko.

"Apa yang dilakukan tukang cukur saat ini, memangkas dan merapikan jenggeot adalah sebuah dosa," demikian isi selebaran yang dibagikan ISIS.

"Terima kasih kepada polisi Negara Islam, sebuah aturan diterbitkan untuk melarang para pria mencukur jenggotnya. Para pelanggar akan ditahan," masih isi selebaran itu.

Aturan baru ini juga meresahkan Nadhim Ali (30) seorang pengemudi taksi yang tinggal di sisi timur kota Mosul. Dia mengatakan jenggot dan kumis sulit tumbuh di wajahnya karena masalah kulit yang dideritanya.

Ali mengatakan dia sudah memberikan surat dokter yang menyatakan dia menderita sakit kulit yang mengakibatkan jenggot atau kumis sulit tumbuh. "Namun mereka (ISIS) tak peduli. Salah satu dari mereka bahkan berkata saya sebaiknya tinggal di rumah saja jika tak memiliki jenggot," ujar Ali.

"Jadi hanya untuk mendapatkan nafkah untuk keluarga, saya harus memilih antara menderita sakit atau ditangkap lalu dicambuk," keluh Ali.

Sejumlah warga Mosul mengatakan aturan soal jenggot yang diterapkan ISIS adalah cara untuk menyamarkan diri di tengah populasi warga sipil sehingga semakin menyulitkan upaya serangan udara pemerintah Irak atau koalisi internasional.

"Kita semua tahu ISIS mencoba menerapkan aturan-aturan aneh bagi perempuan dan pria," kata seorang guru yang mengaku bernama Umm Mohammed.

"Mereka ingin menjadikan warga sebagai tameng hidup. Dengan operasi militer (untuk merebut Mosul) semakin tak jelas, mereka ingin membaur dengan warga," tambah Umm Mohammed.

Seorang mantan anggota militer yang masih tinggal di Mosul mengatakan beberapa bulan terakhir ini anggota ISIS mencoba semakin menyamarkan diri.

"Sebagai contoh, anggota ISIS belakangan semakin sering menggunakan mobil biasa. Mereka mulai meninggalkan kendaraan militer dan bendera-bendera ISIS," kata dia.

"Aturan baru soal jenggot ini juga merupakan hal yang sama. Mereka ingin bersembunyi di antara warga sipil," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com