Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/05/2015, 19:02 WIB
DHAKA, KOMPAS.com - Selama bertahun-tahun, pemerintah Banglades dipusingkan kebiasaan para warga, khususnya pria, buang air kecil sembarangan. Padahal, peringatan larangan buang air kecil sembarangan dalam bahasa Bengali sudah disebar di berbagai sudut negeri. Namun, kebiasaan itu tak kunjung berkurang.

Kondisi itu berujung pada langkah baru yang diambil Kementerian Agama Banglades. Kementerian Agama kemudian membuat peringatan larangan kencing sembarangan dalam tulisan dan bahasa Arab.

Hasilnya, meski sebagian besar warga Banglades tak bisa membaca tulisan itu, ternyata cukup signifikan. Sebab, sebagian besar warga Banglades menganggap bahasa Arab, yang juga digunakan dalam Al Quran, adalah bahasa suci.

"Upaya ini memberi hasil cukup signifikan. Warga Banglades sangat menghormati bahasa Arab dan kami hanya memaksimalkan hal itu," ujar juru bicara Kementerian Agama Banglades, Anwar Hossain.

Sebuah video yang menganjurkan warga agar tidak buang air kecil sembarangan yang dibuat dalam bahasa Arab, menyebar cepat di Banglades sejak diunggah ke media sosial awal pekan ini.

Dalam video itu terlihat sekelompok pria tengah mendekati sebuah tembok dan siap untuk buang air kecil. Namun, saat melihat papan peringatan dalan bahasa Arab, mereka mengurungkan niatnya.

"Saya tak paham mengapa sebagian orang suka buang air kecil di tepi jalan. Padahal, semua masjid di negeri ini menyediakan sarana toilet," kata Menteri Agama Banglades, Matior Rahman, dalam video tersebut.

Namun, usaha pemerintah Banglades itu mendapatkan kecaman dari seorang ulama ternama Banglades, Fariduddin Masud. Dia menganggap penggunaan bahasa Arab untuk larangan buang air kecil menurunkan derajat bahasa Arab.

"Tak seorang pun berhak menggunakan bahasa Al Quran untuk kegiatan semacam itu," kata sang ulama.

"Warga negeri ini sangat menghormati bahasa Arab namun itu tak berarti kami menyetujui penggunaan bahasa Arab untuk menghentikan kebiasaan warga buang air kecil sembarangan," tambah Masud.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com