Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Australia Pendukung Kurdi Khawatirkan Serangan Balasan ISIS

Kompas.com - 07/04/2015, 08:41 WIB
DARWIN, KOMPAS.com - Mantan Presiden Partai Buruh Northen Territory (NT), Australia, Matthew Gardiner, yang pergi ke luar negeri untuk membantu warga Kurdi melawan militant ISIS, mengaku bahwa dia mengkhawatirkan serangan balas dendam terhadap dirinya setelah kembali ke Darwin.

Gardiner, kembali ke Darwin hari Minggu (5/5/2015) pagi dan langsung dimintai keterangan selama bebarapa jam oleh Kepolisian Federal Australia (AFP).

Matthew Gardiner (43 tahun) yang memberikan keterangan kepada pers di pintu rumahnya pada hari Minggu itu terlihat sehat dan sedikit kurus.

Dia mengatakan dirinya telah mendapatkan konsultasi dengan kuasa hukumnya untuk tidak berbicara ke publik terlebih dahulu.

Dia meminta ABC untuk tidak mengambil foto rumahnya karena dia mengkhawatirkan serangan balasan.

Gardiner, yang akhirnya dibebaskan tanpa dakwaan siap bekerjasama dalam penyelidikan yang dilakukan kepolisian federal Australia. Dia menolak memastikan dirinya telah bekerja dengan milisi Kurdi.

Gardiner bertugas sebagai tentara Australia dalam misi perang di Somalia pada awal tahun 1990 lalu.

Setelah meninggalkan Australia, dia dicopot dari jabatannya sebagai Presiden Partai Buruh NT, begitu juga keanggotaannya dibekukan dari partai tersebut.

Hingga kini belum jelas apa peran yang dilakukan Gardiner di Suriah, namun pejabat milisi Kurdi dan petugas perbatasan Irak memastikan kepada ABC kalau Gardiner melalukan tugas kemanusan di sana.
 
Tokoh milisi Kurdi yang dikenal dengan sebutan YPG atau Singa dari  Rojava sangat terbatas memberikan informasi kepada jurnalis karena mengetahui UU Australia melarang warganya pergi ke Suriah.
 
Gardiner terancam dipenjara seumur hidup berdasarkan UU Berperang di Luar Negeri yang baru diloloskan parlemen Oktober lalu. UU itu menyatakan warga Australia dilarang mendukung kelompok pejuang apapun yang bertikai di Suriah dan tetap dianggap pelanggaran pidana jika warganya berperang bersama milisi Kurdi melawan militant ISIS yang dianggap sebagai musuh militer Australia.
 
UU Berperang di Luar Negeri ini juga  melarang warganya bepergian ke daeran yang terdapat kegiatan terorisme  tanpa alasan pasti seperti melakukan kegiatan kemanusiaan atau urusan keluarga.
 
ABC baru-baru ini melaporkan adanya 5 orang lagi warga Australia yang bergabung dengan pasukan Kurdi di Suriah, namun belum yakin apakah termasuk didalamnya Ashley Johnston, yang tewas Februari lalu ketika pasukannya bertempur melawan pasukan AS.
 
Sebagai tambahan saat ini tercatat ada sekita 90-an orang warga Asustralia  yang pergi ke Timur Tengah untuk berperang bersama militant ISIS atau kelompok teroris lain di Suriah.
 
Sejak Gardiner meninggalkan Australia, pertempuran melawan ISIS semakin meningkat. Bulan Maret lalu militer Australia melaporkan telah berhasil menewaskan lebih dari 9000 orang petempur ISIS.
 
Pada Kamis kemarin, ISIS dilaporkan menyerang kamp pengungsi di Yarmuk di Selatan Damaskus. Serangan itu mempertunjukan kemampuan serangannya terhadap Ibukota Suriah untuk pertama kalinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com