Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ISIS Memiliki Sedikitnya 46.000 Akun Twitter

Kompas.com - 06/03/2015, 16:56 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sebuah laporan terbaru menyebutkan pada kuartal terakhir tahun 2014 setidaknya terdapat 46.000 akun Twitter yang beroperasi atas nama Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Bahkan jumlah akun terkait ISIS sebenarnya bisa jauh lebih banyak.

Dikatakan pendukung utama ISIS umumnya berada di dalam wilayah yang dikuasai kelompok tersebut di Irak dan Suriah.

Tiga perempat dari mereka menyampaikan kabar dalam bahasa Arab dan sekitar satu per lima akun lainnya menggunakan bahasa Inggris. Setiap akun Twitter terkait ISIS itu memiliki rata-rata 1.000 pengikut.

ISIS dikenal dengan aktivitas mereka di media sosial, khususnya Twitter, untuk menyebarkan propaganda mereka. Penelitian ini bertajuk The ISIS Twitter Sensus, yag disusun JM Berger dari Brookings Institution dan seorang ahli teknologi, Jonathon Morgan.

"Kaum militan itu akan memanfaatkan segala teknologi yang berguna untuk keuntungan mereka," kata Berger sembari menyebut ISIS jauh lebih berhasil dibanding kelompok lain.

Sebagian besar akun ISIS dibuat pada 2014, menunjukkan terjadinya kenaikan sangat tajam, kendati lebih dari 1.000 akun terkait ISIS ditutup Twitter di bulan-bulan terakhir 2014.

Laporan itu memperkirakan akun pro-ISIS bisa mencapai 90.000 tetapi menyimpulkan bahwa perkiraan jumlah "terbaik" adalah 46.000.

Bahkan jika angka yang diambil adalah yang terendah, tetap saja jangkauan ISIS akan mencapai jutaan orang, kata Aaron Zelin, seorang peneliti masalah-masalah jihad dari Washington Institute.

Meski demikian, tambah Zelin, banyak akun yang dikelola satu orang, yang dilakukan untuk mengakali jika Twitter menutup sebuah akun. Pesan-pesan ISIS di Twitter utamanya berisi tentang operasi milter, kegiatan organisasi, dan video tentang kehidupan keseharian di bawah kekuasaan ISIS.

Kemudian ada orang-orang yang tak terkait langsung ISIS, namun me-retweet pesan-pesan ISIS itu. Hal yang tak sering ditemukan kata Aaron Zelin, adalah bukti perekrutan langsung para  anggota baru.

"Rekrutmen tidak diungkap terang-terangan di Twitter. Perekrutan sebagian besar terjadi lewat aplikasi seperti Kik, WhatsApp dan Skype, yang bersifat lebih tertutup. Sedangkan yang mereka lakukan secara terbuka di Twitter adalah untuk menarik minat orang-orang," papar Zelin.

Twitter terkadang digunakan sebagai sarana kontak awal antara calon anggota dengan seorang perekrut. Zelin melanjutkan namun kemudian percakapan akan cepat dipindahkan ke pesan langsung atau bentuk komunikasi lainnya.

ISIS, tambah Zelin, menjadikan media sosial sebagai bagian sentral dari strategi mereka, dan umur rata-rata pendukungnya berkaitan langsung dengan demografi kaum muda yang menggunakan media sosial.

Menteri Pertahanan AS yang baru, Ashton Carter, menggarisbawahi ancaman teknologi-teknologi baru ini di tangan ISIS. "Ini merupakan kelompok teroris yang memanfaatkan media sosial dengan cara yang belum pernah kita lihat," katanya kepada para senator di Washington pekan ini.

"Orang-orang yang sangat jauh dari medan perang manapun, jauh dari pengalaman radikalisme apapun, tiba-tiba menjadi tertarik melalui media sosial," lanjut Carter.

Ribuan pejihad asing telah bergabung di medan perang Irak dan Suriah, sebagian besar datang dari negara-negara tetangga di Timur Tengah. Namun banyak juga di antaranya keturunan imigran yang tinggal dan bahkan sudah menjadi warga sejumlah negara Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com