Sekitar 20.000 warga asing bergabung dalam konflik di Irak dan Suriah dalam tiga tahun terakhir.
Sulit dikelompokkan
Teroris asing dan "pengantin jihadis" sangat sulit dikelompokkan, demikian dilaporkan Erin Marie Saltman & Moli Dow dari Institute for Strategic Dialogue (ISD). Selain itu, sangat sulit diketahui tentang perjalanan dari rumah mereka ke wilayah ISIS.
Namun, mengawasi media sosial, melacak interaksi di internet, dan berhubungan dengan mantan ekstremis memberikan informasi yang berharga bagi ISD.
Jaringan keluarga, media, pendidikan, partai politik, dan kelompok masyarakat semuanya memengaruhi cara kita memandang jati diri dan ideologi—ISIS sangat ahli merekayasa berbagai hal ini.
Internet
Internet menjadi gerbang masuk dan sering kali dipandang sebagai sumber radikalisasi.
ISIS mengizinkan dan mendorong pejuang asingnya, anggota wanita dan pendukung di luar negeri, untuk mengirim pesan Twitter, berbagi dan memberi tahu pesan dan pengalaman mereka dengan pihak-pihak lain pada berbagai bentuk komunikasi online.
Ini berarti propaganda dilakukan dalam berbagai bahasa dengan fasih dan lancar dengan sasaran pemakai khusus melalui cara yang relevan dan tidak mengancam lewat internet.
Individu yang tertarik dapat berhubungan dengan pihak-pihak yang telah melakukan perjalanan ke wilayah ISIS, menanyakan berbagai pertanyaan praktis, menerima nasihat dan dukungan dari orang-orang yang sudah berada di sana.
Dunia nyata
Namun, penelitian menemukan jaringan ekstremis bukan dunia maya dan para perekrut tetap menjadi "pemicu pertama" radikalisasi, memperkenalkan anak muda kepada media internet yang merupakan penyaring utama proses radikalisasi.
Karena itulah tidak mengejutkan jika jumlah terbesar pejuang asing dari Barat sering kali berasal dari negara-negara di mana jaringan ekstremis offline beroperasi.
Al-Muhajiroun di Inggris, Ansar al Haqq di Perancis, dan Sharia4Belgium adalah beberapa kelompok yang mendukung dan menyebarkan ideologi ekstremis berhaluan Islam selama bertahun-tahun.
Jadi, kontak ekstremis pertama adalah di luar dunia maya, kemudian internet menjadi proses lanjutannya dengan menfasilitasi radikalisasi di samping mendorong dan membantu orang untuk bergabung dengan ISIS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.