Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegat ISIS di Kebun Tetangga

Kompas.com - 08/02/2015, 20:20 WIB
KOMPAS.com - Sebelum ada rilis video eksekusi pembakaran pilot Muath al-Kassasbeh oleh Negara Islam atau lebih dikenal dengan nama ISIS di Irak dan Suriah, Selasa (3/2), sebagian warga Jordania yakin, perang lawan ISIS bukan ”perang kami”. Kini, muncul konsensus di Jordania, ancaman ISIS mulai ”memasuki kamar tidur” mereka dan harus dilawan.

Selama dua hari beruntun, sejak Kamis lalu, jet-jet tempur membombardir berbagai target milisi Negara Islam di Irak dan Suriah. Sebelum jet-jet itu dikerahkan untuk menggempur ISIS, seperti diperlihatkan video militer Jordania, bom-bom pada jet-jet tempur itu ditulisi para pilot Jordania dengan kapur tulis.

”Sungguh pasukan kami bakal berjaya”, ”Islam tidak terkait ISIS”, demikian antara lain bunyi tulisan tersebut. Militer Jordania menamai misi gempuran pada ISIS itu dengan sebutan ”Muath, Sang Syahid”.

Jumat lalu, ribuan warga Jordania seusai shalat Jumat di Masjid Al-Husseini tumpah-ruah di jalanan ibu kota Amman. Mereka menggelar aksi solidaritas atas gugurnya Kassasbeh.

Satu dari mereka adalah permaisuri Kerajaan Jordania Ratu Rania. Berkalung sorban bercorak motif merah-putih dan membawa foto pilot Kassasbeh, perempuan Palestina kelahiran Kuwait berusia 44 tahun itu melontarkan pernyataan tegas.

”Ini jelas perang Jordania, ini perang setiap Muslim... Kami tidak bisa memenangi perang ini sendirian, tetapi ini jelas perang kami,” tegas Rania kepada BBC.

Pergeseran atmosfer

Meski bergabung dalam serangan udara pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS) menyerang ISIS, Jordania kerap defensif. Itu dipilih Raja Jordania Abdulllah II bukan tanpa perhitungan.

Banyak warga Jordania khawatir, negaranya terseret konflik dengan imbas serangan balik aktivis militan di negara sendiri. Banyak pendukung atau simpatisan ISIS bercokol di Jordania.

Lebih dari 2.000 warga Jordania diyakini menyeberang ke Suriah, tiga tahun terakhir, untuk berperang. Posisi Jordan, yang berbatasan dengan Suriah dan Irak - yang sepertiganya dikuasai ISIS - membuat negeri itu rentan dari infiltrasi ISIS.

Hingga pekan lalu saat milisi ISIS merilis video eksekusi jurnalis Jepang, Kenzi Goto, masih banyak warga Jordania beranggapan perang melawan ISIS ”bukan perang mereka”.

”Sejak hari pertama Jordania bergabung koalisi melawan ISIS, sebagian rakyat kami yakin, itu bukan perang kami,” kata Oraib al-Rantawi, Direktur Pusat Al-Quds untuk Studi Politik di Amman.

”Sebagian lainnya merasa, cepat atau lambat, itu bakal menjadi perang kami. Jadi, lebih baik melawan mereka di kebun belakang negara (tetangga) lain daripada di kamar tidur sendiri.” (New York Times, 1-2-2015)

ISIS berusaha mempertajam polarisasi itu dengan merilis video eksekusi pilot Kassasbeh. Cara eksekusi yang dinilai, termasuk oleh simpatisan NIIS sekalipun, bisa berbalik seperti senjata makan tuan bagi ISIS.

”(Eksekusi) itu melemahkan popularitas ISIS karena kami melihat Islam agama welas-asih dan toleransi. Di tengah perang sekalipun, seorang tahanan perang harus diperlakukan dengan baik,” kata Mohamed al-Shalabi alias Abu Sayaf, ulama Salafi Jordania yang hampir 10 tahun dipenjara Jordania.

Halaman:
Sumber KOMPAS
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com