Martin Place di kawasan pusat bisnis Sydney ditutup saat sejumlah polisi mengepung Lindt Chocolate Cafe, tempat penyanderaan itu terjadi. Sementara itu, tayangan televisi menunjukkan sebuah bendera hitam dengan tulisan warna putih berbahasa Arab yang ditempatkan di sebuah jendela kafe itu oleh para tamu yang ketakutan. Koresponden Sydney Morning Herald, David Wroe, mengatakan, ada kemungkinan bahwa bendera yang terlihat itu bukan bendera ISIS/ISIL, melainkan milik kelompok Jabhat al Nusra.
Martin Place merupakan pusat keuangan di Sydney dan tempat beberapa bangunan penting, termasuk kantor pemimpin Negara Bagian New South Wales, Mike Baird; Reserve Bank of Australia; Westpac Bank; dan Commonwealth Bank.
Sejumlah saksi melaporkan, mereka mendengar ledakan keras seperti suara tembakan senjata.
Wartawan Chris Kenny, yang berada di Lindt Cafe sebelum pengepungan itu dimulai, mengatakan bahwa dia tahu, pintu kaca yang bisa bergeser secara otomatis di kafe itu kini tidak berfungsi.
"Saya berbicara dengan beberapa orang yang melihat sejumlah hal yang saya tadi tidak perhatikan. Seorang perempuan mengatakan, dia mencoba untuk masuk ke toko itu setelah saya keluar dengan kopi pesanan saya, tetapi pintu tidak bisa terbuka. Jadi jelas, siapa pun yang sedang melakukan hal ini telah menonaktifkan pintu otomatis itu demi menghentikan orang lain masuk. Perempuan itu berkata, dia langsung bisa melihat sebuah senjata. Dia menyebutkan senjata itu dikeluakan dari sebuah tas biru, dan orang-orang langsung diminta untuk mengangkat tangan mereka," katanya kepada harian tempat dia bekerja, The Australia.
Patrick Byrne, produser Channel Seven yang lokasi newsroom-nya berada di seberang kafe itu, mengatakan bahwa para staf stasiun televisi itu menyaksikan situasi yang berkembang. "Kami berlarian ke jendela, dan melihat pemandangan mengejutkan dan mengerikan yang menunjukkan orang-orang sedang mengangkat tangan mereka menghadap jendela kaca di kafe itu," katanya kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC).
Australia sebenarnya sudah dalam kondisi siaga tinggi setelah pemerintah meningkatkan kekhawatiran bahwa warganya yang berperang bersama kaum militan di Irak dan Suriah bisa kembali ke negara itu dalam keadaan sudah radikal dan mampu melakukan serangan.
Pihak berwenang mengatakan, mereka juga sedang berurusan dengan sebuah "insiden" di dekat Sydney Opera House, walau polisi tidak mengatakan apakah hal itu terkait dengan pengepungan yang sedang berlangsung. "Polisi sedang merespons sebuah insiden di Opera House," kata juru bicara polisi New South Wales kepada AFP. Ia menambahkan bahwa tidak ada rincian lebih lanjut yang tersedia tentang kejadian di Opera House itu. Sejumlah laporan mengatakan bahwa mereka yang berada di Opera House telah dievakuasi.
Perdana Menteri Tony Abbott mengadakan pertemuan keamanan nasional untuk menangani drama yang sedang berlangsung itu. "Ini jelas merupakan sebuah insiden yang sangat memprihatinkan, tetapi semua warga Australia harus diyakinkan bahwa lembaga-lembaga penegak hukum dan keamanan kita telah terlatih dengan baik. Mereka dilengkapi peralatan, dan sedang menanggapi peristiwa ini dengan cara yang profesional," katanya.
Lebih dari 70 warga Australia sedang berperang bersama kelompok militan Islam di Irak dan Suriah. Sedikitnya 20 orang telah tewas, dan ada kekhawatiran yang berkembang bahwa ada peningkatan jumlah pemuda yang sedang diradikalisasi dan bisa melakukan serangan di Australia.