Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Pernah Ada Lagi Bom Atom di Dunia

Kompas.com - 01/12/2014, 12:42 WIB
Heru Margianto

Penulis

Pada bagian lain ia melukiskan, "Ledakan itu membuat batang-batang pohon menjadi gundul dan tiang-tiang telepon miring. Sementara itu, bangunan-bangunan yang masih berdiri hanya mempertajam kesan kehancuran di sekitarnya. Di jalanan, lalu lintas terlihat mengerikan. Ratusan sepeda seakan-akan diremas oleh tangan raksasa. Trem-trem dan mobil-mobil hanya tinggal kerangka. Semua kendaraan seperti terhenti seketika.

Ogura ingat, sebuah tangan yang hangus menghitam dengan sebagian kulitnya yang terkelupas memegang kakinya dan berseru dengan suara nyaris tak terdengar meminta air. Tak cuma satu. Ada banyak yang meminta air.

Ia belari ke dalam rumah, mengambil air dan memberinya minum. Namun, setelah menengguk air, korban-korban bom itu muntah darah dan mati di depannya. Ia sangat ketakutan.

"Saya takut. Bertahun-tahun saya menyimpan rahasia bahwa saya pernah memberikan mereka minum. Saya merasa sangat bersalah," kata Ogura.

Dampak bom atom

Noriyuki Masuda, Direktur Divisi Kurasi Hiroshima Peace Memorial Museum, mengisahkan, kawasan dalam radius dua kilomoter dari hiposenturm ledakan rata dengan tanah.

Bom yang dijatuhkan dari pesawat B-29 yang bernama Enola Gay itu juga merusak struktur bangunan dalam radius enam kilometer. Getaran bom juga memecahkan jendela-jendela rumah yang terletak 27 kilometer dari hiposentrum.

"Selain merusak secara fisik, bom atom juga menghancurkan secara total struktur masyarakat di kota itu. Dalam hitungan detik, Hiroshima lumpuh total. Bom itu menghancurkan secara sempurna jaringan bisnis, pabrik-pabrik, toko, sekolah, rumah sakit, pemadam kebakaran, kota pemerintahan. Semua lenyap seketika," ujar Masuda.

Struktur sosial juga porak poranda. Keluarga sebagai satuan terkecil masyarakat juga hancur berantakan. Sanak famili tercerai-berai, kehilangan ayah, ibu, kakak, adik, tetangga. Menurut catatan, lebih kurang 140.000 orang tewas.

KOMPAS.COM/HERU MARGIANTO Noriyuki Masuda, Direktur Divisi Kurasi Hiroshima Peace Memorial Museum, tengah mengisahkan tentang tragedi bom atom di Hiroshima Peace Memorial Museum, Rabu (26/11/2014).

Kehancuran itu belum selesai. Bom itu juga menghancurkan masa depan mereka yang selamat. Beberapa jam setelah ledakan turun hujan berwarna hitam. Hujan itu membawa material radioaktif yang sangat mematikan. Penduduk yang selamat tak bisa mengelak dari paparan radiasi.

Dampaknya mereka rasakan setelah lima bulan kemudian. Rambut mereka rontok. Badan lemas tak bertenaga. Penyakit leukemia dan kanker bermunculan. Para wanita juga mengalami berbagai persoalan reproduksi.

"Bagi perempuan lajang sulit sekali mendapat jodoh pada zaman itu. Lelaki tidak mau dengan perempuan-perempuan yang terdampak bom. Untung ada yang mau dengan saya," kata Ogura yang menikah pada 1962 denga Kaoru Ogura.

Memorial Park

Untuk mengenang tragedi kemanusiaan itu, Pemerintah Jepang mendirikan Hiroshima Peace Memorial Park. Taman kenangan seluas 122.100 meter persegi itu dulunya—sebelum bom atom dijatuhkan—adalah kota perdagangan yang sibuk bernama Nakajima. Di areal ini berdiri hotel dan kafe.

Kenzo Tange, profesor Tokyo University, memenangkan lomba mendesain kawasan taman ini. Di sana berdiri museum Hiroshima. Berbagai macam catatan, foto, aneka benda yang tersisa, termasuk replika "little boy" tersimpan di museum itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com