Serangan itu menambah ketegangan di kota tua itu, menyusul kekerasan yang terjadi nyaris setiap hari selama beberapa tahun bulan terakhir antara warga Palestina dan polisi Israel di wilayah pendudukan Jerusalem timur.
Sebagai upaya untuk menghindari kekerasan baru, Pemerintah Israel memerintahkan untuk menutup Kompleks Masjid Al Aqsa dari semua pengunjung yang memicu kemarahan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang menyebut keputusan Israel itu sebagai sebuah "pernyataan perang".
Perintah penutupan itu dilakukan setelah seorang pria bersenjata menembak tokoh Yahudi garis keras, Yehuda Glick, yang menyebabkan pria itu kini dalam kondisi kritis.
Tak lama setelah penembakan itu, satuan polisi anti-teror Israel menggerebek kediaman tersangka penembakan di Abu Tor, yang berbatasan dengan kawasan bergolak Distrik Silwan, Jerusalem timur.
"Saat polisi masuk ke rumah itu, tersangka langsung melepaskan tembakan. Polisi kemudian membalas tembakan itu yang ternyata menewaskan tersangka," kata Juru Bicara Kepolisian Luba Samri.
Percobaan pembunuhan itu tampaknya terkait dengan ketegangan terkait Kompleks Al Aqsa, situs suci baik bagi umat Yahudi dan Islam di kota tua Jerusalem.
Dalam kompleks itu terdapat tempat suci ketiga Islam, tetapi juga merupakan salah satu tempat suci umat Yahudi karena dulu merupakan lokasi dua kuil utama Yahudi.
Meski umat non-Muslim diizinkan mengunjungi kompleks itu, umat Yahudi tidak diperkenankan berdoa di sana karena dikhawatirkan akan merusak "status quo" yang sangat rapuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.