Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ebola Mewabah, Afrika Barat Terancam Krisis Pangan

Kompas.com - 18/10/2014, 01:29 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

Sumber Reuters


JENEWA, KOMPAS.com
- World Food Program (WFP) menyatakan, harga pangan meningkat rata-rata 24 persen di beberapa negara yang terjangkit Ebola. Hal tersebut memaksa warganya mengurangi asupan makanan menjadi sekali dalam sehari.

"Harga telah meningkat rata-rata 24 persen," ujar juru bicara WFP Elisabeth Byrs, Jumat (17/10/2014) .

Ebola mewabah di tiga daerah penghasil pangan, yaitu Guinea, Sierra Leone, dan Liberia di Afrika Barat. Tingkat infeksi di zona penghasil pangan berasal dari Kenema dan Kailahun di Sierra Leone, Lofa dan Bong County pada Liberia, dan Guéckédou di Guinea termasuk yang tertinggi di kawasan ini.

Adapun wabah Ebola telah menewaskan hampir 4.500 petani. Keputusan tiga pemerintah daerah yang mengkarantina wilayahnya dan membatasi pergerakan untuk mencegah penyebaran Ebola telah mengganggu pasar dan menyebabkan kelangkaan pangan.

WFP dan Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan, hal tersebut membuat masyarakat membeli pangan secara berlebihan sehingga mendorong harga lebih tinggi.

Byrs menambahkan, pasar utama menaksir adanya kenaikan harga bahan pokok di Guinea, Liberia serta di negara tetangga, Sierra Leone. Bahkan, harga singkong dan beras impor yang merupakan makanan pokok di Liberia Monrovia, melonjak hingga 30 persen.

"Penanaman dan pemanenan sedang terganggu dengan implikasi untuk persediaan makanan jauh di bawah garis. Ada risiko tinggi bahwa harga akan terus meningkat selama musim panen yang akan datang," kata Byrs.

Berdasarkan survei putaran pertama terhadap 800 warga Sierra Leone di distrik Kailahun dan Kenema menunjukkan, warganya memiliki ketahanan pangan yang buruk. Padahal, wilayah tersebut merupakan daerah penghasil utama pangan.

"Hasil survei menunjukkan bahwa keluarga tertentu memangkas asupan makanan mereka jadi satu kali makan sehari atau makan makanan yang biayanya lebih murah, seperti singkong, daripada nasi," ujar Byrs.

Byrs mengatakan, WFP tengah melakukan survei keamanan pangan dari jarak jauh menggunakan ponsel untuk menyelidiki dampak krisis terhadap 2.400 keluarga di tiga negara tersebut. WFP menambahkan, pihaknya mulai membagikan makanan kepada 265.000 orang di Waterloo, pada Jumat. Daerah itu tercatat memiliki tingkat infeksi Ebola yang tinggi.

"Tujuan distribusi itu untuk menstabilkan keluarga yang terkarantina dengan memberi makanan yang cukup sehingga mereka tidak meninggalkan rumah untuk mencari makanan," ujar WFP, dalam sebuah pernyataan.

WFP menambahkan, bantuan berupa beras, kacang-kacangan, minyak sayur, dan garam itu harus memenuhi kebutuhan keluarga selama sebulan. WFP menyatakan, pihaknya juga menyediakan ambulans, mobil jenazah, dan truk pick-up untuk membantu mengatasi krisis tersebut. Seluruh kendaraan yang dikerahkan itu didanai oleh Bank Dunia.

"Kami memiliki bukti yang cukup untuk mengetahui bahwa ambulans terbaik bukan lah ambulans tertutup, melainkan pick-up. Mengapa lebih baik memiliki pick-up? Supir terlindungi. Orang bisa diletakkan di bagian belakang dengan tandu," kata Isabelle Nuttall, perwakilan dari World Health Organization (WHO), dalam jumpa pers, Kamis (16/10/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com