Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Beberapa Gadis Yazidi yang Lolos dari Sekapan ISIS

Kompas.com - 12/10/2014, 10:05 WIB
BAGHDAD, KOMPAS.com — Seorang gadis etnis Yazidi berusia 15 tahun yang berhasil lolos ke Turki dari sekapan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menceritakan kisahnya selama menjadi tawanan kelompok militan itu.

Gadis itu kini tinggal bersama "sisa keluarganya", yaitu dua saudara laki-lakinya dan beberapa kerabat jauhnya. Mereka kini tinggal di gubuk darurat di tepian jalan bersama sejumlah keluarga lainnya yang kabur dari serangan ISIS.

Dua saudara perempuan gadis ini masih berada dalam sekapan ISIS. Sementara itu, sang ayah, seorang saudara laki-laki dan kerabat lainnya hilang dan nasib mereka tidak diketahui. Gadis ini adalah bagian dari ratusan perempuan Yazidi yang ditawan ISIS saat menguasai kota Sinjar, Irak, pada awal Agustus lalu.

Kantor berita Associated Press (AP) sempat berbicara dengan gadis itu dan beberapa kawannya yang berhasil lolos dari sekapan ISIS. Meski kisah mereka tak bisa diverifikasi secara independen, kisah itu mencerminkan kondisi di wilayah yang diduduki ISIS seperti dituangkan dalam laporan PBB bulan lalu.

Dibawa ke Suriah

Mereka masing-masing menggambarkan kondisi yang sama bagaimana ISIS menyebar gadis-gadis Yazidi itu di beberapa titik wilayah Irak dan Suriah yang dikuasai kelompok itu.
Para gadis itu lalu dijual ke para pejuang ISIS yang berasal dari luar negeri atau pendukung ISIS lainnya untuk "dinikahi".

Beberapa pekan setelah ditangkap di Sinjar, gadis ini dan dua saudaranya terus dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. AP tak bisa memberikan identitas gadis itu demi keamanan dia dan keluarganya.

Saat menceritakan pengalamannya, gadis ini menghindari kontak mata meski bisa menuturkan kisahnya dengan sangat jelas. Dia bahkan meminta keluarganya meninggalkan ruangan demi merasa lebih nyaman menceritakan kisahnya.

Dia mengatakan, setelah ditangkap dia dan beberapa gadis lainnya dibawa ke kota Tal Afar yang tak jauh dari Sinjar. Di kota itu mereka ditahan di penjara Badosh. Saat serangan udara koalisi menghantam kota itu, ISIS memindahkan mereka ke basis pertahanan terkuatnya, Mosul. Dari Mosul, para gadis ini kemudian dibawa ke "ibu kota" ISIS di Raqqa, Suriah.

Di Suriah, mereka ditempatkan di sebuah rumah bersama puluhan gadis lain yang juga menjadi korban penculikan ISIS. "ISIS membawa kami ke Suriah untuk dijual," kata gadis itu dengan tubuh berguncang.

"Saya dijual di Suriah. Saya tinggal selama lima hari bersama kedua saudara saya. Lalu satu saudara saya dijual dan dibawa kembali ke Mosul, sementara saya tetap di Suriah," tambah dia.

Di Raqqa, lanjutnya, dia kemudian dinikahkan dengan seorang pria Palestina. Gadis ini mengatakan, dia menembak suaminya itu dengan bantuan pembantu rumah tangga yang memberinya senjata.

Setelah membunuh suaminya, gadis itu kabur mencoba meninggalkan Raqqa. Tak memiliki tujuan, dia kemudian mendatangi satu-satunya tempat yang dia tahu, yaitu rumah tempat menahan para gadis yang diculik.

Kabur dan dijual lagi

The Washington Post Seorang gadis Yazidi yang diberi nama samaran Narin berhasil melarikan diri dari kaum militan ISIS. Namun ia sangat terluka oleh penderitaan yang dialaminya.
Di sana, para militan ISIS tak mengenalinya dan menjualnya kembali ke seorang pria Arab Saudi dengan harga 1.000 dollar AS atau sekitar Rp 12 juta. Anggota ISIS asal Saudi itu kemudian membawanya ke sebuah rumah tempat dia tinggal bersama sejumlah anggota ISIS lainnya.

"Dia mengganti nama saya menjadi Abeer agar ibu saya tidak mengenali saya. Dia lalu mengatakan akan menikahi saya setelah saya menjadi Muslim. Namun, saya menolak menjadi Muslim dan itulah sebabnya saya kabur," tambah gadis itu.

Gadis itu menambahkan, dia melihat para anggota ISIS itu saat menggunakan obat-obatan. Akhirnya dia menuangkan obat itu ke dalam teh yang dia sajikan untuk si pejuang Saudi dan beberapa orang lainnya, yang menyebabkan mereka tertidur pulas. Saat itulah dia kabur.

Dia lalu menemukan seorang pria yang bersedia mengantarnya ke Turki untuk bertemu saudara laki-lakinya. Saudaranya itu kemudian meminjam uang 2.000 dollar dari teman-temannya untuk membayar seorang penyelundup untuk memasukkan mereka kembali ke Irak.

Mereka akhirnya tiba di Maqluba, sebuah dusun kecil di luar kota Dahuk yang mayoritas penduduknya adalah etnis Kurdi. Kota ini menjadi salah satu tujuan warga Yazidi untuk mengungsi.

Amsha Ali (19), gadis lain yang pernah diculik ISIS, mengatakan, dia diculik dari Sinjar dan dibawa ke Mosul dalam kondisi hamil enam bulan. Terakhir kali dia melihat suami dan pria-pria lain di keluarganya saat dia diseret beberapa anggota ISIS. Dia melihat suami dan kerabatnya dipaksa berbaring di tanah sebelum dieksekusi.

Amsha bersedia memberikan identitasnya karena dia menginginkan nasib buruk para perempuan Yazidi diketahui dunia.

"Pembunuhan suami dan keluarga saya bukanlah pengalaman terberat yang saya alami. Pengalaman itu memang menyakitkan, tetapi dipaksa menikahi anggota ISIS adalah hal terburuk dalam hidup saya," ujar Amsha.

Amsha yang berhasil kabur setelah meloloskan diri lewat jendela kamar mandi itu dibantu seorang warga Mosul untuk mencapai wilayah Kurdi terdekat pada akhir Agustus lalu.

Amsha kini tinggal bersama ayah dan seorang saudara perempuannya di sebuah gubuk yang belum selesai dibangun di kota Sharia, juga dekat Dahuk, di mana 5.000 warga Yazidi tinggal sebagai pengungsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com