Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 06/10/2014, 16:50 WIB
EditorErvan Hardoko
HONGKONG, KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa pro-demokrasi di Hongkong terancam gagal setelah para pengunjuk rasa yang kelelahan berdebat soal langkah selanjutnya yang harus mereka tempuh, Senin (6/10/2014).

Di saat yang sama jumlah pengunjuk rasa terus menyusut setelah sepekan melakukan aksi duduk di pusat-pusat pemerintahan Hongkong dan kini suasana kota sudah mulai normal meski sejumlah ruas jalan masih ditutup.

Pada Minggu (5/10/2014) malam puluhan ribu orang sempat bergabung dengan unjuk rasa yang menuntut pemilu bebas di Hongkong, meski pemerintah memperingatkan agar demonstran segera membubarkan diri.

Meski saat ini jumlah pengunjuk rasa hanya tersisa ratusan orang yang bertahan di distrik Admiralty di dekat pelabuhan, pemimpin mahasisa Alex Chow mengatakan mereka tetap bertahan  meski kini mengakui bola ada di tangan pemerintah.

Setelah sepekan sekolah dan bisnis di Hongkong terganggu, jalan raya dirundung kemacetan serta kereta bawah tanah dipadati para warga yang marah karena tak bisa berangkat bekerja, warga Hongkong kini berbalik mengecam para pengunjuk rasa.

"Mereka harus membiarkan mobil lewat sesegera mungkin. Mereka menghalangi jalan," kata Michael Lau (25), yang harus menggunakan trem untuk berangkat bekerja.

"Berunjuk rasa tidak salah, namun jangan mengganggu kehidupan kami karena kami harus mencari nafkah," kata Nyonya Hau, seorang penjual buah-buahan di distrik Admiralty.

"Para pemilik properti tidak akan menurunkan uang sewa akibat unjuk rasa ini. Uang sewa tetap harus dibayar," tambah suami Nyonya Hau.

Para pengunjuk rasa awalnya mendapat dukungan kuat warga namun setelah sepekan yang ternyata mengganggu kehidupan sehar-hari, kekecewaan mulai muncul.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke