Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Revolusi Payung Buruk untuk Pariwisata Hongkong?

Kompas.com - 03/10/2014, 18:33 WIB

HONGKONG, KOMPAS.com - Pekan pertama pada bulan Oktober merupakan masa libur nasional di China. Periode tersebut dikenal dengan julukan Golden Week atau Pekan Emas.

Biasanya selama periode ini, ribuan turis dari China daratan memadati pusat pertokoan untuk membeli sejumlah barang-barang mewah bermerk internasional. Seperti namanya, masa seperti itu merupakan "periode emas" untuk para pedagang.

Namun, peristiwa politik yang terjadi di Hongkong membuat "Golden Week" tahun ini tak seramai tahun-tahun sebelumnya.

Sejak akhir pekan, puluhan ribu demonstran prodemokrasi menduduki beberapa tempat di pusat kota Hongkong, meski pemimpin kota itu, CY Leung, mendesak para demonstran untuk menyudahi aksi mereka.

Menurut pemerintah Hongkong, demonstrasi yang sudah berlangsung hampir sepekan itu menimbulkan ancaman terhadap pariwisata wilayah bekas koloni Inggris itu.

"Kami meyakini para pengunjung akan menunda atau bahkan membatalkan rencana mereka mengunjungi Hong Kong untuk sementara waktu," kata Badan Pariwisata Hongkong (HKTB) kepada BBC, tanpa penjelasan rinci.

"HKTB memantau setiap perkembangan yang ada," tambah lembaga tersebut.

Puncak kunjungan

Menurut catatan HKTB, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Hongkong, termasuk dari China daratan, selama "Golden Week "mengalami peningkatan sebanyak 10 persen selama beberapa tahun terakhir.

Namun, HKTB memperkirakan, demonstrasi yang berkelanjutan diprediksi akan berdampak langsung pada sektor pariwisata Hongkong.

"Aksi unjuk rasa ini akan membuat kunjungan wisatawan asal China daratan menurun, tapi umumnya bulan Oktober bukanlah puncak kunjungan para wisatawan tersebut ke Hongkong," kata David Yang, dari perusahaan konsultan kajian risiko politik IHS.

"Ada sedikit lonjakan pada "Golden Week". Saya memperkirakan ada peningkatan jumlah pengunjung yang tidak terlalu tinggi sekitar 100.000 hingga 200.000 orang," tambah David.

David Yang menilai kelompok wisatawan yang paling terdampak ialah kelompok tur yang menghabiskan dua malam di Hongkong. Sekitar sepertiga wisatawan asal China daratan menggunakan layanan tur wisata seperti itu.

Dalam setahun, biasanya sekitar 30.000 sampai 60.000 orang wisatawan yang datang dari China daratan secara berkelompok selama "Golden Week'. HKTB memperkirakan rata-rata pengunjung menghabiskan biaya sekitar 8.123 dolar Hongkong atau sekitar Rp12,7 juta selama tinggal di kota tersebut.

David menambahkan sejumlah sektor yang akan banyak terpengaruh akibat unjuk rasa ini adalah ritel, makanan dan minuman, serta akomodasi. "Dampak ini akan terus berlangsung selama aksi unjuk rasa berlanjut," David menegaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com