Warga Hongkong menyebut hal itu sebagai "demokrasi palsu" dan menuntut Leung untuk mundur. Mereka juga menginginkan agar Beijing mengubah keputusannya.
Dalam gerakan yang dijuluki "revolusi payung", merujuk ke payung yang mereka gunakan untuk melindungi diri dari gas air mata, matahari dan hujan deras, para demonstran telah membuat kawasan penting kota itu macet, jaringan transportasi lumpuh, dan pusat bisnis tutup.
Seruan Tiongkok datang saat dukungan terhadap para demonstran muncul di seluruh dunia, dengan ribuan orang berpawai pada Rabu untuk mendukung aksi protes tersebut. Sekitar 4.000 orang turun ke jalanan di Taipei dan sekitar 2.00o orang di London berkumpul di luar kedutaan Tiongkok.
Warga Hongkong bersorak pada Rabu malam saat pesan dukungan dari seluruh dunia yang ditampilkan ke gedung utama pemerintah, termasuk dari simpatisan di daratan Tiongkok.
Chris Patten, gubernur terakhir Inggris di Hong Kong, mengatakan kepada radio BBC bahwa seluruh situasi itu telah "ditangani dengan sangat-sangat buruk". Ia menyerukan kepada pihak berwenang untuk mengadakan konsultasi dengan para demonstran. "Saya pikir kita harus melakukan dialog untuk menggantikan gas air mata dan semprotan merica," katanya. Ia juga menambahkan bahwa Tiongkok mengingkari janjinya untuk memungkinkan kota itu mengelola urusan sendiri.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.