Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Enam Hal Unik dari "Revolusi Payung" Hongkong

Kompas.com - 01/10/2014, 22:44 WIB

HONGKONG, KOMPAS.com - Puluhan ribu orang terus memadati pusat Hongkong dan memblokade sejumlah tempat dalam beberapa hari terakhir. Mereka menuntut agar pemerintah China mencabut rencana untuk mengajukan calon dalam pemilihan pemimpin baru Hongkong pada 2017.

Di tengah aksi massa tersebut, sejumlah jurnalis dan warga mengumpulkan sejumlah hal unik yang jarang ditemui pada demonstrasi-demonstrasi lain di dunia. Berikut enam aspek keunikannya:

Mengerjakan PR

Ketika demonstrasi kian intens selama beberapa hari terakhir, ketegangan pun timbul. Aparat sempat melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan para demonstran--yang sebagian besar terdiri dari pelajar dan mahasiswa. Namun, di sela-sela ketegangan, para pelajar sempat meluangkan waktu untuk mengerjakan PR alias pekerjaan rumah. Richard Frost dari Bloomberg memotret kegiatan para pelajar tersebut.

Para demonstran, yang sebagian besar terdiri dari pelajar dan mahasiswa, meluangkan waktu untuk mengerjakan PR.

Meminta maaf

Pintu masuk stasiun Mass Transit Railway (MTR) di Causeway Bay dibarikade dan dipasangi tulisan-tulisan yang menyerukan demokrasi. Di tengah seruan-seruan, terdapat poster yang terbuat dari kardus. Isinya permintaan maaf karena menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna MTR.

Pintu masuk stasiun MTR Causeway Bay dibarikade demonstran. Warga Hongkong, Collier Nogues, yang memotret barikade di Stasiun Causeway Bay, mengatakan sikap para demonstran Hong Kong sangat tulus dan sopan.

Payung sebagai simbol

Dalam demonstrasi di Hongkong, payung mempunyai fungsi alternatif selain menahan panas dan hujan. Payung juga digunakan untuk membendung tembakan gas air mata serta memiliki simbol protes damai. "Pemandangannya begitu kontras. Di satu sisi ada kebrutalan polisi, sedangkan di sisi lain ada demonstran yang menggunakan payung. Payung telah berubah dari obyek sehari-sehari menjadi simbol perlawanan," kata seniman Hongkong, Kacey Wong, kepada BBC.

Foto seorang pria membawa payung di tengah hujan gas air mata menjadi tren perbincangan di media sosial. Payung menjadi simbol demonstrasi damai sekaligus perlawanan di Hong Kong.

Menangkal bau tak sedap


ANTHONY WALLACE / AFP Para pengunjuk rasa pro-demokrasi menggunakan payung untuk menahan guyuran hujan saat mereka melakukan aksi duduk di pusat pemerintahan Hongkong mengecam sistem pemilihan pemimpin baru kota itu yang dinilai tidak demokratis.
Panas dan lembabnya cuaca di Hongkong membuat para demonstran mengeluarkan keringat. Tidak jarang tubuh mereka mengeluarkan aroma tak sedap. Untuk menangkalnya, ada sejumlah relawan yang membagikan deodoran gratis kepada sesama pemrotes. Tom Grundy, jurnalis yang berbasis di Hong Kong, menjadi saksi mata. Ada relawan yang sengaja membagikan deodoran gratis kepada sesama demonstran untuk menangkal bau tidak sedap.

Menyayangi tanaman

Surat kabar South China Morning Post memuat foto lapangan rumput di pusat Hong Kong yang tetap rapih walau ribuan massa berdemonstrasi dekat lokasi tersebut. "Meski ada kerumunan orang berkumpul di sekitar lapangan War Memorial, tiada satu orang pun yang berdiri atau duduk di atas rumput. Larangan menginjak rumput tertera pada sebidang karton di sana," tulis surat kabar tersebut.

Lapangan rumput War Memorial tetap rapi, meski ribuan orang demonstran berkumpul di sekitar lokasi.

Peduli lingkungan

Jurnalis BBC di Hongkong, Saira Asher, melaporkan bagaimana para demonstran peduli terhadap lingkungan. Bahkan, ada demonstran yang mengoordinasi daur ulang sampah. "Pada pagi hari, demonstran mengumpulkan sampah yang terserak dari aksi tadi malam. Sejumlah pelajar mengumpulkan puntung rokok dan botol plastik, lainnya membagikan roti untuk sarapan. Itulah mengapa di media sosial demonstran Hongkong dijuluki sebagai demonstran tersopan," kata Asher.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com