Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertempuran Incheon, Sebuah Mahakarya Strategi Perang

Kompas.com - 19/09/2014, 16:19 WIB

Didukung sejumlah tank, marinir AS sukses merebut Pulau Wolmi-do pada tengah hari dengan hanya kehilangan 14 orang anggotanya. Pasukan inilah yang kemudian mempertahankan "pintu masuk" ke Incheon itu sambil menunggu bala bantuan.

Akibat gelombang laut yang kuat, pasukan pendaratan kedua baru bisa beraksi pada pukul 17.30. Beruntung pasukan baru itu dengan mudah bisa menguasai tembok laut yang terletak di sebelah utara Wolmi-do.

Setelah menguasai "pintu masuk" yang strategis itu, pasukan marinir AS kemudian merangsek menuju ke pusat kota dan memaksa pasukan NKPA di kota itu menyerah.

Pusat komando NKPA sama sekali tidak mengira pendaratan di Incheon ini karena sebelum serangan berlangsung AS menyebar informasi palsu bahwa pendaratan akan digelar di Kusan sehingga Incheon hanya dijaga sedikit pasukan.

Dampak dan hasil

Keberhasilan pendaratan Incheon ini membuat jalan pasukan PBB untuk merebut Seoul terbuka lebar. Pada 25 September 1950, pasukan PBB berhasil merebut Seoul setelah melewati perang dari rumah ke rumah yang sangat brutal.

Selain itu, keberhasilan pendaratan Incheon memicu keberhasilan pasukan angkatan darat AS ke-8 menerobos Pusan Perimeter dan memaksa NKPA melakukan gerak mundur yang panjang ke utara.

Keberhasilan pasukan PBB ini berlangsung hingga November 1950 ketika akhirnya pasukan China datang membantu NKPA yang mendesak pasukan PBB kembali ke wilayah selatan.

Dalam pendaratan Incheon sendiri, sebanyak 566 personel pasukan PBB tewas dan 2.713 orang lainnya terluka, sementara dari pihak NKPA sebanyak 35.000 personel tewas, terluka, atau tertangkap.

Banyak kalangan menganggap Pertempuran Incheon ini adalah salah satu pertempuran paling menentukan dalam Perang Korea. Sementara itu, banyak sejarawan menilai keberhasilan pendaratan Incheon ini merupakan salah satu mahakarya strategi perang sepanjang sejarah modern.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com