Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ISIS Rekrut Perempuan untuk Dukung Pemberontakan

Kompas.com - 28/08/2014, 14:45 WIB
KOMPAS.COM - Beberapa bulan setelah kelompok militan Negara Islam, atau sebelumnya disebut ISIS, mengambil alih kota Raqaa di Suriah dan mendirikan beberapa pos pemeriksaan, mereka menghadapi masalah: para musuh militan melarikan diri dari kota itu dengan menyamar sebagai perempuan.

Para pemberontak pria tidak bisa secara fisik memeriksa perempuan-perempuan yang mengenakan pakaian jubah tradisional dan menutup wajahnya dengan cadar. Respon mereka kemudian adalah meluncurkan pasukan Al-Khansaa yang semua anggotanya adalah perempuan.

Pasukan tersebut, dengan nama yang diambil dari penyair terkenal yang merupakan pengikut awal Nabi Muhammad, juga melakukan peran lain, termasuk mengatur Raqaa untuk menjamin para perempuan patuh terhadap tata perilaku Negara Islam.

Pasukan ini berkeliling Raqaa dalam kelompok-kelompok, seringkali membawa senjata. Mereka berhenti dan menginterogasi perempuan yang tidak didampingi orang lain, memeriksa pasangan untuk menjamin bahwa sang pria adalah muhrim, dan memastikan perempuan berpakaian sesuai persyaratan ISIS.

Brigade Al-Khansaa juga membantu mengatasi masalah hubungan masyarakat untuk ISIS.

"Jadi kita memiliki contoh tiga perempuan Irak yang diperkosa oleh ISIS, kemudian bunuh diri. Hal tersebut merupakan pemberitaan yang jelek untuk mereka," jelas Mia Bloom, penulis beberapa buku mengenai perempuan dan terorisme.

Pemberitaan buruk semacam itu dapat menghambat upaya-upaya untuk merekrut perempuan yang berkomitmen terhadap ideologi konservatif ISIS untuk datang ke Raqaa dan menikah dengan para pemberontak.

Humera Khan dari kelompok aktivis sosial Muflehun di Washington, yang bekerja untuk menanggulangi ekstremisme yang penuh kekerasan, mengatakan bahwa untuk membangun masyarakat dengan orang-orang yang sama, ISIS memerlukan keluarga. Mereka perlu para anggota yang menikah dan tinggal di wilayah tersebut, dan memerlukan para istri yang akan mendorong suami-suami mereka untuk berjihad, dan mereka memerlukan para ibu yang akan mendoktrinasi anak-anak mereka.

Media Sosial

Perempuan-perempuan dari ISIS dan kelompok-kelompok serupa menjalin persahabatan dan kekeluargaan di media sosial. Mereka membentuk kelompok-kelompok pendukung, bertukar resep dan mendiskusikan persahabatan mereka. Mereka memandu para anggota baru mengenai apa yang perlu dilakukan dan apa yang diharapkan.

"Mereka memberi tips-tips mengenai bagaimana pergi ke Suriah tanpa terdeteksi," ujar Khan. Ia menambahkan bahwa hal itu kontradiktif dengan aturan mereka sendiri bahwa perempuan tidak boleh bepergian tanpa pendamping. Itu bukan satu-satunya hal di mana ISIS melanggar aturannya sendiri untuk kenyamanan mereka.

Secara tradisional, perempuan Muslim meminta izin pada wali laki-laki untuk dapat menikah. Khan mengatakan ada kasus di mana seorang perempuan Inggris pergi ke Suriah untuk menikah. Ia meminta izin dari ayahnya, tetapi ketika sang ayah menolak, para pemimpin ISIS menawarkannya menjadi wali.

Media sosial juga memfasilitasi perkawinan-perkawinan antara para pemberontak ISIS dan perempuan-perempuan yang tinggal di luar Irak dan Suriah. Khan mengikuti akun-akun Twitter para perempuan di Eropa yang bertindak sebagai penghubung dan beriklan mewakili para pemberontak pria yang mencari istri dan sebaliknya.

Tips kecantikan untuk istri kaum militan

Kelompok ISIS tidak sendiri dalam upaya membentuk komunitas perempuan untuk mendukung para pejuangnya. Pada 2004, majalah daring pertama untuk perempuan bernama Al-Khansaa diluncurkan (namun tidak berkaitan dengan pasukan Al-Khansaa). Majalah itu bertujuan menciptakan komunitas pendukung bagi para istri kaum militan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com