Penemuan kotak hitam ini memunculkan harapan terungkapnya penyebab jatuhnya pesawat itu di Magong, Kepulauan Penghu pada Rabu (23/7/2014), yang merupakan kecelakaan penerbangan terburuk di Taiwan selama satu dekade terakhir.
Pesawat itu membawa 54 orang penumpang dan empat awak saat jatuh menimpa delapan rumah di Magong dalam perjalanan menuju Kaosiung di barat daya negeri itu. Kecelakaan itu juga menyebabkan lima orang di darat terluka.
Pesawat dengan nomor penerbangan GE222 itu tengah mencoba mendarat untuk kedua kalinya setelah membatalkan percobaan pendaratan pertama di tengah hujan lebat akibat terjangan Topan Matmo.
Para penyelidik kini tengah mencari penyebab kecelakaan termasuk pemberian izin terbang dalam cuaca yang sangat buruk itu.
"Maskapai seharusnya tidak mengizinkan pesawatnya terbang dalam cuaca sedemikian buruk," kata seorang pria bernama Hsu, ayah seorang penumpang yang tewas dalam kecelakaan itu.
"Cuaca sangat buruk dan Taiwan masih terkena dampak topan. Pesawat itu seharusnya tidak diizinkan terbang," ujar putri kapten pilot Lee Yi-liang yang juga tewas.
Namun, para pejabat penerbangan Taiwan membela keputusan yang mengizinkan pesawat itu terbang dalam cuaca yang buruk.
"Banyak orang bertanya mengapa pesawat itu terbang di tengah cuaca buruk. Berdasarkan pemahaman saya terkait data cuaca yang ditampilkan, semua masih memenuhi standar keamanan terbang," kata Menteri Perhubungan Taiwan Yeh Kuang-shih.
Apalagi, kata sejumlah pejabat, dua pesawat terbang terdahulu bisa mendarat dengan selamat di bandara Magong juga dalam kondisi cuaca yang tak terlalu baik.
Kecelakaan penerbangan terakhir di Taiwan terjadi pada 2002 ketika sebuahu pesawat China Airlines tujuan Hongkong jatuh di Kepulauan Penghu, di Selat Taiwan menewaskan semua 225 penumpang dan awaknya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.