Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Pekerja Filipina Tewas Dipenggal Militan Libya

Kompas.com - 21/07/2014, 22:14 WIB
MANILA, KOMPAS.com - Seorang pekerja asal Filipina dipancung oleh anggota kelompok militan di Libya hanya karena pekerja itu bukan seorang Muslim. Demikian Kementerian Luar Negeri Filipina, Senin (21/7/2014).

Juru bicara Kemenlu Filipina Charles Jose mengatakan kasus ini membuat pemerintah Filipina kembali meminta warganya yang bekerja di Libya segera meninggalkan negeri tersebut.

Kepada wartawan Jose mengatakan, warga Filipina yang bekerja di sektor konstruksi itu diculik pada 15 Juli lalu dan jasadnya ditemukan di sebuah rumah sakit pada 20 Juli.

"Kendaraan yang ditumpanginya dihentikan di sebuah pos pemeriksaan. Ada tiga orang di dalam mobil itu, seorang Libya, seorang Pakistan dan seorang Filipina. Dia diambil karena diketahui bukan seorang Muslim," ujar Jose.

Awalnya, para penculik melakukan negosiasi dengan perusahaan tempat warga Filipina itu bekerja dan meminta uang tebusan sebesar 160.000 dolar AS.

"Namun, sebelum permintaan itu dijawab, pihak perusahaan sudah menerima kabar dari para penculik yang meminta pihak perusahaan untuk pergi ke sebuah rumah sakit di Benghazi," tambah Jose.

Pihak perusahaan kemudian menemukan jasad warga Filipina yang dipenggal itu di rumah sakit dalam kondisi sudah membusuk. Artinya, warga Filipina itu sudah tewas saat negosiasi sedang dilakukan.

Lebih jauh Jose mengatakan, kasus pembunuhan ini membuat pemerintah Filipina memerintahkan sekitar 13.000 orang warganya yang bekerja di Libya untuk meninggalkan negeri itu.

"Ancaman bagi warga Filipina semakin nyata. Kami ingin mengeluarkan mereka dari bahaya yang dipicu insiden ini. Warga Filipina bisa meninggalkan Mesir lewat darat ke Tunisia atau Mesir," ujar Jose.

Sejauh ini sudah 207 warga Filipina yang mendaftarkan diri untuk evakuasi dan akan dibawa pulang ke Manila sesegera mungkin setelah Kedutaan Besar Filipina menyelesaikan dokumen-dokumen yang dibutuhkan.

Sebanyak 10 juta warga Filipina bekerja di luar negeri, sebagian besar di Timur Tengah, demi mendapatkan pekerjaan dengan upah yang lebih baik. Kondisi ini kerap membuat mereka dalam kondisi sulit saat pecah kerusuhan di negara tempat mereka bekerja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com