Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Sistem Iron Dome Israel Hadang Roket-roket Palestina?

Kompas.com - 10/07/2014, 14:04 WIB
JERUSALEM, KOMPAS.COM — Israel tengah berjuang untuk memblokir roket-roket yang menghantam daerah-daerah pusat penduduknya dengan menggelar sistem pertahanan rudal Iron Dome guna mencegat roket-roket itu.

Hingga Rabu (9/7/2014) sore, sejak awal operasi bernama sandi "Protective Edge", militer Israel mengatakan bahwa sejumlah rudal dari sistem itu telah mencegat 56 roket yang ditembakkan dari Gaza. Pencegatan itu telah mencegah serangan ke Jerusalem, Tel Aviv, Asdod, Askelon, Kiryat Gat, dan di tempat-tempat lain.

Lebih dari 250 roket telah ditembakkan dari Gaza ke Israel pada periode itu, kata militer Israel. Negara itu menggunakan sistem Iron Dome hanya terhadap roket yang menuju daerah-daerah berpenduduk. Jika sebuah roket tampaknya menuju sebuah daerah kosong, sistem itu tidak aktif.

Menurut CNN, sistem tersebut merupakan inti dari strategi pertahanan Israel.

Bagaimana cara kerjanya?

Nama Iron Dome membangkitkan citra sebuah gelembung protektif di atas kota. Dalam praktiknya, sistem itu menyasar roket-roket yang datang dan menembakkan sebuah pencegat rudal demi menghancurkan roket-roket itu di udara.

Setiap perangkat peluncur punya sebuah radar pengendali tembak untuk mengidentifikasi target. Sistem itu juga memiliki peluncur rudal portabel. Iron Dome mudah diangkut, serta hanya butuh beberapa jam untuk proses pemindahan dan pemasangan.

Menurut kelompok analisis keamanan IHS Jane's pada tahun 2012, rudal Iron Dome sangat bisa bermanuver. Panjangnya hampir 10 meter, diameter sekitar 6 inci (atau 15 cm), dengan berat 90 kilogram. Hulu ledaknya diyakini membawa 11 kilogram bahan berdaya ledak tinggi. Jangkauannya mulai dari 4 kilometer sampai 70 kilometer.

Iron Dome dapat menghadapi banyak ancaman secara bersamaan, dalam segala kondisi cuaca. Israel memuji terobosan teknologi dan sistem radarnya.

"Radar mendeteksi peluncuran roket dan memberi informasi mengenai jalurnya ke pusat kontrol, yang menghitung titik prediksi dampak," kata militer Israel. "Jika memungkinkan pencegatan, sebuah rudal ditembakkan untuk mencegat roket itu. Bahan peledak dari pencegat rudal itu meledak di dekat roket, di tempat yang diperkirakan tidak akan menyebabkan korban."

Bagaimana awalnya?

Israel mulai mengembangkan sistem yang berbasis darat tahun 2007. Setelah serangkaian uji coba terbang 2008 dan 2009, pengerahan pertama sistem persenjataan itu terjadi di Israel selatan tahun 2011. Angkatan Udara Israel melaporkan tingkat keberhasilan intersepsi 70 persen pada 2011, kata IHS Jane's.

AS telah terlibat dalam pengembangan sistem itu. Awalnya, hanya perusahaan teknologi pertahanan Israel, Rafael, yang mengembangkannya. Namun, AS kemudian sangat mendukungnya.

Tahun 2014, Amerika Serikat menggelontorkan 235 juta dollar AS untuk penelitian, pengembangan, dan produksi Iron Dome, seperti dikatakan Congressional Research Service. "Ini merupakan sebuah program yang sangat penting dalam hal memberikan keamanan dan keselamatan bagi keluarga Israel," kata Presiden Obama tentang Iron Dome. "Ini merupakan program yang telah diuji coba dan telah mencegah serangan rudal di dalam Israel."

Setiap perangkat peluncur Iron Dome berbiaya 50 juta dollar AS, kata IHS Jane's. Sementara itu, biaya satu rudal setidaknya 62.000 dollar AS, menurut sejumlah pejabat Israel.

Berdasarkan laporan The Jerusalem Post, sejumlah negara lain telah menyatakan minatnya untuk membeli sistem itu, termasuk AS, Korea Selatan, dan beberapa negara NATO di Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com