Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suami Perempuan yang Tewas Dirajam: Saya Bunuh Istri Pertama Saya

Kompas.com - 30/05/2014, 11:38 WIB
ISLAMABAD, KOMPAS.COM — Suami dari Farzana Parveen, perempuan Pakistan yang dirajam hingga tewas karena tidak mau menikah dengan orang yang dijodohkan keluarganya, mengatakan kepada CNN bahwa ia telah membunuh istri pertamanya agar bisa menikahi Parveen.

Pihak berwenang Pakistan mengatakan, istri pertama itu tewas enam tahun lalu.

"Saya ingin mengajukan lamaran kepada Farzana, jadi saya membunuh istri saya," kata Mohammad Iqbal, Kamis (29/5/2014), dalam sebuah wawancara dengan CNN.

Zulfiqar Hameed, inspektur jenderal distrik kepolisian Punjab, mengatakan, putra Iqbal dari pernikahan pertama memberi tahu polisi tentang pembunuhan enam tahun yang lalu itu. Iqbal kemudian ditangkap tetapi kemudian dibebaskan dengan jaminan karena anaknya memaafkan dia, kata Hameed.

Putranya itu, Aurengzeb, yang berumur 20-an tahun, membenarkan pernyataan ayahnya kepada CNN. Dia mengatakan, ayahnya sempat satu tahun dipenjara.

Parveen, yang sedang hamil tiga bulan, dipukuli hingga tewas dengan batu bata pada Selasa lalu di kota Lahore oleh sekitar 20 orang. Para pelaku itu termasuk saudara laki-laki, ayah, dan sepupu Parveen sendiri, kata polisi. Polisi telah menangkap ayah Parveen dan sedang mencari para pembunuh lain. Jenis kejahatan model itu sudah lazim di Pakistan. 

Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif telah meminta menteri utama Punjab, Shahbaz Sharif, untuk menyampaikan laporan mengenai insiden tersebut. Nawaz Sharif menyebutkan pembunuhan itu "sama sekali tidak bisa diterima".

PBB memperkirakan 5.000 perempuan di seluruh dunia dibunuh oleh anggota keluarga sendiri setiap tahun dalam "pembunuhan demi kehormatan". Kejahatan itu dinamakan demikian karena tindakan para perempuan yang jadi korban dianggap telah membuat malu keluarga mereka. Namun, kelompok-kelompok advokasi perempuan mengatakan, kejahatan itu banyak yang tidak dilaporkan dan angkanya bisa mencapai sekitar 20.000 korban per tahun.

"Kebanyakan kejahatan terkait 'kehormatan' dapat ditelusuri ke sikap-sikap yang tidak fleksibel dan diskriminatif tentang peran perempuan, terutama terkait seksualitas," kata  Rothna Begum dari Human Rights Watch (HRW). "Perempuan atau pasangan yang dianggap telah menimbulkan 'aib' bagi komunitas menghadapi kekerasan, yang kemudian dianggap sebagai sebuah contoh mengerikan bagi orang lain."

Kebanyakan pembunuhan demi kehormatan di Timur Tengah dan Asia Tengah terjadi di daerah pedesaan. Namun, serangan pada Selasa itu tidak biasa karena tragedi itu terjadi di depan umum di kota besar.

Serangan terhadap Parveen terjadi pada Selasa lalu saat dia sedang dalam perjalanan dari kantor pengacaranya ke pengadilan tinggi di Lahore, di mana dia diperkirakan akan membuat pernyataan bahwa dia telah menikahi Iqbal atas kemauan sendiri. "Mereka meninggalkan kantor saya sekitar pukul 07.40," kata pengacaranya, Rai Ghulam Mustafa. "Mereka tiba di gerbang utama Pengadilan Tinggi sekitar 07.45. Pihak sebelah, anggota keluarga Farzana Parveen, telah menunggu dia di antara mobil-mobil. Mereka tiba-tiba menyerangnya, berulang kali memukulnya dengan batu bata dan membunuhnya."

Salah seorang anggota keluarga menjerat lehernya dengan kain sementara, saudara laki-lakinya menghajarnya dengan batu bata ke tengkoraknya, kata Mushtaq Ahmed, seorang pejabat polisi, dengan mengutip laporan awal tentang pembunuhan itu.

Iqbal menyaksikan serangan itu dan berusaha protes, tetapi dihalau.

Iqbal, yang merupakan tetangga keluarga Parveen, mengatakan, ia dan Parveen seharusnya menikah, dengan persetujuan keluarga, tahun lalu. Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Iqbal mengatakan, ia telah memberikan uang 80.000 rupee (sekitar Rp 9,5 juta) dan perhiasan emas kepada ayah Parveen.

Desember lalu, ibu Parveen meninggal dan ayah serta para saudara laki-lakinya berubah pikiran terkait pernikahan itu, kata Iqbal. Keluarga memutuskan bahwa  Parveen, yang berasal dari sebuah desa di Punjab, harus menikahi seorang sepupu, kata polisi.

Halaman:
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com