"Kami meminta untuk menunda referendum 11 Mei untuk menciptakan kondisi terbaik untuk memulai dialog," kata Putin setelah pertemuan dengan Presiden Swiss sekaligus Ketua OSCE, Didier Burkhalter.
Milisi pro-Rusia yang menduduki gedung-gedung pemerintah di sejumlah kota wilayah timur Ukraina seperti Donetsk dan Lugansk telah mengumumkan rencana menggelar referendum untuk memisahkan diri dari Kiev. Kiev dan para sekutunya di Washington dan Uni Eropa menyebut rencana referendum itu ilegal.
Sementara itu, Ukraina merencanakan pemilihan presiden pada 25 Mei yang oleh Rusia disebut sebagai sebuah keputusan "absurd" karena kebuntuan antara militer Ukraina dan kelompok separatis masih berlangsung.
Namun, Putin nampaknya memperlunak pendekatannya terkait pemilihan presiden Ukraina dengan menyebut rencana itu sebagai sebuah langkah tentatif yang sudah berada dalam arah yang benar.
"Saya ingin menekankan bahwa rencana pemilihan presiden di Kiev, meski merupakan langkat yang tepat, tidak akan memutuskan apapun jika tidak seluruh warga Ukraina merasa hak-hak mereka terlindungi setelah pemilihan berlangsung," kata Putin.
Di bagian tenggara Ukraina, warga beretnis Rusia mendominasi wilayah itu. Mereka khawatir pasca-pemilihan presiden 25 Mei mereka akan kehilangan bahasa dan hak-haknya di bawah pemerintahan pro-Barat di Kiev.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.