Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panggilan Darurat Pertama Kapal Tenggelam di Korea Selatan Datang dari Telepon Bocah

Kompas.com - 23/04/2014, 04:10 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber CNN

JINDEON, KOMPAS.com — Panggilan darurat pertama dari feri Sewol yang pada Rabu (16/4/2014) tenggelam di perairan Korea Selatan datang bukan dari kru. Kontak pertama ke layanan darurat dari kapal tersebut, sebagaimana CNN sudah mendapat konfirmasi dari penjaga pantai Korea Selatan, disampaikan seorang bocah menggunakan telepon genggamnya.

JTBC, afiliasi lokal CNN, melaporkan bahwa anak itu menghubungi nomor darurat Korea Selatan dan mengatakan, "Tolong kami. Perahu tenggelam." Sampai saat ini belum diketahui apakah anak ini selamat.

Sekitar tiga menit kemudian, kata petugas penjaga pantai kepada CNN, barulah awak kapal melakukan panggilan darurat kepada para pejabat maritim. Informasi terbaru ini menambah lagi pertanyaan tentang perilaku awak kapal, yang sembilan di antaranya telah ditangkap dengan tuduhan kelalaian hingga pembunuhan.

Pemerintah Korea Selatan, misalnya, menghadapi pertanyaan bagaimana bisa perwira ketiga yang tak berpengalaman dapat mengemudikan kapal pada saat kecelakaan terjadi. Lalu, dipertanyakan pula sedikitnya sekoci yang diturunkan untuk penyelamatan penumpang serta alasan awak kapal memerintahkan para penumpang mengenakan jaket pelampung, tetapi meminta para penumpang tetap berada di tempatnya saat itu.

Hingga Selasa (22/4/2014), 121 orang sudah dipastikan meninggal akibat kecelakaan ini. Adapun 181 penumpang masih dinyatakan hilang. Pada saat kecelakaan, ada 476 penumpang terdaftar di atas kapal ini.

Jumlah korban meninggal diperkirakan masih akan terus bertambah. Saat ini para penyelam sedang berusaha memasuki kafetaria kapal yang diduga sedang dipenuhi penumpang saat kecelakaan terjadi.

Pencarian korban berlangsung

Para penyelam dapat menjangkau bagian kantin kapal ini pada Selasa sore. Koh Myung-seok, juru bicara satuan tugas, mengatakan, otoritas setempat berpendapat ada kemungkinan banyak korban di lokasi ini karena kecelakaan terjadi pada jam sarapan.

Tim penyelamat akan terus fokus Rabu di dek ketiga dan keempat dari lima lima tingkat kapal. Para penyelam mencari korban dengan panduan tali untuk membantu mereka memasuki kapal. "Penyelam bahkan tidak bisa melihat tangan mereka," kata Koh.

Bard Yon, salah satu penyelam, mengatakan kondisi yang sangat buruk dalam pencarian ini. "Hati saya sakit," ujar dia. "Kami selalu berpikir kemungkinan ada korban selamat," lanjut Yon. "(Namun) ketika kami kembali tanpa membawa apa pun, kami bahkan tak sanggup berhadapan dengan keluarga korban."

Hujan kecaman untuk kapten dan awak kapal

Bersamaan dengan upaya pencarian korban, para penyidik terus membuat simulasi yang menggambarkan beragam kemungkinan penyebab kecelakaan kapal ini. Hujan kritik pun menghunjam kapten dan awak kapal.

Presiden Korea Selatan Park Geun-hye, Senin, menyebut tindakan kapten dan awak kapal sudah serupa dengan pembunuhan. Kapten kapal Lee Joon-seok sudah menyampaikan alasannya meminta para penumpang tetap berada di tempatnya, yakni arus deras, dinginnya air, dan kurangnya sekoci penyelamat.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana perwira ketiga kapal kesulitan menangani kemudi dalam pelayaran ke pulau wisata yang populer. Pada saat kecelakaan, kapten kapal berada di kabin. 

Perusahaan operator kapal, Chonghaejin Marine, telah mengunggah permintaan maaf dalam situsnya. "Kami berdoa bagi para korban Sewon yang meninggal karena kecelakaan ini," ujar pernyataan itu. "Kami bersujud di depan keluarga dan meminta maaf."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com