Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Kapal di Korea, 25 Tewas dan 270 Penumpang Masih Hilang

Kompas.com - 18/04/2014, 07:56 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber CNN

SEOUL, KOMPAS.com — Hingga Kamis (17/4/2014) malam, penjaga pantai timur Korea Selatan menyatakan 25 orang tewas, 179 selamat, dan 270-an orang belum ditemukan, dari tenggelamnya kapal Sewol, Rabu (16/4/2014) pagi. Harapan masih ada korban selamat terhadang cuaca buruk di lokasi kecelakaan.

Otoritas Korea Selatan masih berkeyakinan ratusan penumpang yang masih hilang mayoritas adalah pelajar SMA yang mengikuti kunjungan lapangan, terperangkap di dalam kapal lima lantai itu. Masih tersimpan harapan sebagian penumpang tersebut selamat.

Akhir dari tragedi pelayaran ini masih belum dapat dipastikan, termasuk nasib kapten kapal. Informasi penyidikan awal, kapten kapal ini termasuk dalam rombongan pertama yang menyelamatkan diri ketika sekoci turun ke air.

"Setelah penyelidikan lebih lanjut, kami akan mendapatkan hasil dan membuat laporan," kata Kim Soo-hyun, Kepala Kepolisian Laut Kuning Korea Selatan, Kamis. Kapten feri, Lee Joon-suk, dengan kepala dan wajah tertutup mulai menangis ketika wartawan meminta komentarnya. "Saya minta maaf," ujar Lee di kantor penjaga pantai Korea Selatan.

Cuaca jadi kendala

Lebih dari 170 kapal dan 500 penyelam terlibat operasi penyelamatan feri yang terbalik ini. Lokasi kecelakaan berada 20 kilometer dari pelabuhan terdekat di Jindo, Korea Selatan, tempat keluarga para korban berkumpul.

Namun, situasi yang buruk menyulitkan upaya penyelamatan untuk mencapai bagian kapal yang kemungkinan masih memiliki cadangan udara yang menyisakan harapan masih akan ada korban selamat.

Di lokasi kecelakaan, hujan turun tanpa henti, dengan angin kencang dan kabut tebal, sepanjang Kamis. Tiga dari 22 relawan penyelam bahkan sempat hilang terbawa air pasang dalam upaya penyelamatan itu, meski kemudian sudah ditemukan berdasarkan informasi dari televisi YTN yang beraviliasi dengan CNN.

Upaya memompa udara ke dalam kapal untuk menambah harapan hidup bagi penumpang yang terjebak juga gagal dilakukan karena cuaca buruk ini. Walaupun pemerintah menjamin upaya penyelamatan akan dijalankan sepanjang waktu untuk menyelamatkan nyawa korban yang masih hilang, keluarga penumpang sudah meradang karena menilai laju penyelamatan terlalu lamban.

"Jika pemerintah peduli terhadap para penumpang, keluarga kami, anak-anak kami, tolong selamatkan keluarga kami dan anak-anak kami," kata Chang Min, yang putranya masuk daftar penumpang yang masih hilang.

Kapal feri ini dalam pelayaran rutin antara Incheon dan pulau resor Jeju, ketika mulai berguncang sekitar pukul 09.00 waktu setempat, Rabu. Para penumpang yang selamat bertutur, kapal langsung oleng dan terasa ada benturan keras. Saat itu, pengeras suara kapal menyerukan agar penumpang tak beranjak dari tempat masing-masing.

Helikopter penyelamat mengangkat beberapa penumpang yang berada di sisi kapal yang masih ada di atas permukaan air. Sebagian penumpang lain diselamatkan kapal nelayan dan kapal militer yang bergegas mendatangi lokasi tersebut, terutama para penumpang yang ada di dalam air bersuhu 10-13 derajat celsius.

Menjahit harapan

Tak ada yang dapat memastikan apakah ratusan orang yang masih hilang punya harapan hidup. Namun, otoritas setempat mengatakan, mereka bekerja dengan asumsi ada korban selamat. Harapan besar melekat pada lokasi para penumpang yang terperangkap memiliki cukup cadangan udara yang terjebak bersama mereka.

"Dari gambar yang pernah saya lihat, ada jelas beberapa daerah lambung yang berada di atas air yang tidak terendam air," komentar Mike Dean, Wakil Direktur yang menangani penyelaman dan penyelamatan dari Angkatan Laut AS kepada CNN Tonight. "Jadi, ada kemungkinan bagian di dalam kapal yang memungkinkan tersedia udara untuk bernapas. Sekarang masalahnya adalah suhu di sana," imbuh Dean.

Sebagian besar kamar tidur penumpang berada di lantai empat dan lima dari kapal itu. "Penyelam sudah mencoba setidaknya enam kali untuk masuk ke dalam kabin yang terendam itu, tapi gagal," aku Kim. Upaya memompa udara ke dalam kapal akan kembali dicoba pada Jumat (18/4/2014) pagi.

Kim menambahkan, saat ini tim penyelamat sudah mulai mempertimbangkan memakai crane untuk mengangkat kapal dari air. "Kami condong mengupayakan pemulihan kapal. Pendekatan pertama kami adalah masuk ke kapal dan memasukkan oksigen dengan tujuan memperpanjang durasi harapan hidup," ujar dia. "Sayangnya, jarak pandang yang sangat terbatas dan rintangan besar menyulitkan kami mendekati kapal untuk melakukannya."

Media Korea Selatan, sebagaimana dikutip CNN, mengutip para penyidik mendalami kemungkinan kapal telah mengambil belokan tajam saat kecelakaan, menyebabkan muatan kendaraan dan kargo bergeser sehingga kapal kehilangan keseimbangan. CNN belum mendapatkan konfirmasi atas dugaan tersebut.

Analis keselamatan transportasi CNN, Mary Schiavo, mengatakan keyakinannya soal kapal telah menabrak sesuatu. Adapun pensiunan kapten kapal barang, Jim Staples, berpendapat kapal mencoba menambah kecepatan setelah terlambat dua jam pemberangkatan dari Incheon karena kabut tebal.

Tidak ada penjelasan dari perusahaan operator kapal, Chonghaejin Marine Corp. Hanya muncul permintaan maaf. "Kami sangat meminta maaf kepada keluarga. Kami benar-benar minta maaf," kata eksekutif Chonghaejin, Kim Young-bung. "Perusahaan kami berjanji bahwa kami akan melakukan yang terbaik." Presiden perusahaan ini berusaha mendatangi lokasi kecelakaan, tetapi justru pingsan dan dibawa ke rumah sakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com